antrian pasien di RS Baptis Batu
Untung ada BPJS, untungnya sekarang ada BPJS!. Bukan tanpa sebab kalau aku menulis seperti itu. Oh iya, kenalkan dulu, aku seorang mantan tkw, orang tua tunggal yang harus menghidupi seorang anak yang sekarang duduk di bangku SMP dan juga kedua orang tua. Sekarang aku hanya bekerja di rumah mengelola guesthouse yang tidak setiap hari kedatangan customer sambil merawat ibu yang sedang sakit. Artinya, aku bukan orang yang punya banyak uang.
Baru dua bulan di rumah, (aku memutuskan berhenti kerja karena ibu mulai sakit sakitan), ibuku harus opname di RS karena kadar gula darahnya melonjak tinggi, 600, padahal normalnya dibawah 200 untuk orang seusia ibu. Ibu aku bawa ke UGD pada jam 11 malam, dan adikku mengingatkan aku untuk membawa serta kartu BPJS, "siapa tau boleh dipakai tanpa meminta rujukan ke Puskesmas" katanya. Setelah diperiksa dan dinyatakan kondisi gawat, ibu dianjurkan oleh dokter untuk rawat inap. Akhirnya beliau dirawat di RS selama 5 hari, dan saat diperbolehkan pulang, aku sudah menyiapkan sejumlah uang untuk berjaga jaga jika masih harus membayar, dan aku terkejut bercampur senang setelah melihat nota pembayaran yang bertuliskan angka nol, gratis!.Â
Setelah rawat inap yang pertama, seminggu sekali ibu diharuskan untuk kontrol ke dokter penyakit dalam, gratis juga.Â
Satu bulan setelah opname yang pertama, ibu jatuh sakit lagi dan harus dirawat inap dengan diagnosa penyakit lambung parah. Kali ini dirawat selama 3 hari, dan biayanya juga nol.
Baru 2 minggu setelah rawat inap kedua, ibu mengeluh sakit lagi, kali ini makin parah. Jika perutnya sakit, maka beliau akan menangis keras sambil berguling guling di atas tempat tidur, kadang omongannya juga ngelantur. Saat aku bawa ke RS, dokter menyarankan untuk dilakukan scan di area perut, dan dirawat inap lagi. Akhirnya ibu didiagnosa menderita penyakit batu empedu dan harus dioperasi. Dan karena ibu menderita diabetes dan hipertensi, maka harus dinormalkan dulu kadar gula darah dan hipertensinya. Kali ini ibu dirawat selama 4 hari, dan menjalani rawat jalan tiap 3 hari sekali untuk memeriksa kesehatan jantung, ginjal, gula, dan tekanan darah.
3 minggu setelahnya, ibu bisa menjalani operasi pengangkatan batu empedu karena semua sudah normal. Dan kali ini beliau menginap selama 4 hari di RS. Setelah menjalani operasi, untuk 2 minggu pertama ibu diharuskan rawat jalan seminggu sekali untuk diperiksa dokter bedah, dan sesudahnya cukup sebulan sekali rawat jalan untuk diperiksa dokter penyakit dalam.
Baru 4 bulan pasca operasi batu empedu, ibu mengeluh matanya tidak bisa melihat dengan jelas dan akhirnya didiagnosa menderita penyakit katarak. 2 kali menjalani rawat jalan untuk mata, ibu akhirnya harus menjalani operasi katarak. Karena operasi ringan, kali ini ibu dirawat selama 2 hari, dan sampai sekarang masih menjalani rawat jalan seminggu sekali ke poli mata dan sebulan sekali ke poli penyakit dalam.
Mengenai perlakuan tenaga medis terhadap pasien BPJS bisa dikatakan sangat baik dan tidak membedakan antara pasien umum dan pasien BPJS. Kamar rawat juga disesuaikan dengan kelasnya, yang kebetulan ibuku adalah peserta BPJS mandiri kelas pertama. Ya, untung sekarang ada BPJS, biaya pengobatan gratis, dan pasien yang tidak berduit sekalipun tidak takut lagi berobat ke Rumah Sakit. Jika boleh saya memprosentase, dari 100 pasien di RS, maka lebih dari 80 orang adalah pasien peserta BPJS. Untung ada BPJS!.
Nb: foto milik pribadiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H