Nixa melempar tas sekolahnya ke atas ranjang. "Bip bip," handphone yang ada di saku seragam biru putihnya berdering tanda ada pesan BBM yang masuk. Ternyata itu adalah pesan dari Alren, temannya. Akhirnya, tanpa mengganti seragam, cuci tangan, apalagi makan siang, Nixa langsung sibuk dengan gadgetnya. Kadang dia terkikik sendiri kalau ada pesan atau gambar yang lucu.
"Nixa!, pulang sekolah bukannya ganti baju, cuci tangan, makan, malah langsung main gadget, kalau begitu terus, handphone kamu mama sita," Nixa melonjak kaget. Dia melihat mamanya melotot marah ke arahnya.
"Iya, iya, ma. Aku ganti baju sekarang, gitu aja kok marah," Nixa langsung cemberut ke arah mamanya. "Punya mama kok cerewet amat," pikirnya.
Usai ganti baju, Nixa segera mengambil piring untuk makan siang. Pepes tongkol, makanan kesukaan Nixa.Â
"Nixa!"
"Apalagi sih ma?, kan Nixa sekarang lagi makan siang, kok masih marah sih?"
"Kalau makan itu, gadget ditaruh dulu kenapa?, masa makan sambil mencet mencet hape gitu?"Â
"Kan bisa makan sambil hapean ma," jawab Nixa dongkol, lalu meletakkan handphonenya di atas meja makan.
Begitulah, setiap hari, setiap saat, Nixa tidak pernah bisa lepas dari gadget. Saat makan, saat nonton tv, bahkan saat mengerjakan pr sekolah pun, Nixa tak pernah melepaskan handphone kesayangannya. Apalagi semenjak dia mengenal BBM, instagram, juga facebook, dia semakin keranjingan bermain handphone dan jarang belajar.
Dia selalu punya alasan saat mamanya mengancam akan mengambil kembali handphone yang baru dibeli enam bulan lalu itu. Takut kalau tidak bisa menghubungi rumah saat minta jemput pulang sekolah lah, ada tugas googling di kelas lah. Dan mamanya selalu percaya.
Tapi hari ini berbeda. Mama Nixa marah besar gara gara nilai ujian tengah semester Nixa, menurun drastis. Mata pelajaran IPA yang biasanya mendapat nilai tinggi, cuma mendapatkan nilai 5.