Ketika sedang belajar bersama dengan adik-adik kelas VIII SMP di sebuah bimbel, kebetulan pokok bahasannya adalah tentang Mobilitas Sosial, tiba-tiba salah satu dari mereka bertanya. “Mas, berarti itu mirip dengan sistem ranked game dong ?”, katanya. Saat itulah kemudian saya sedikit kaget dan kemudian berpikir bahwa, apa yang barusan ditanyakan salah satu adik kelas VIII SMP itu ada benarnya juga. Mungkin, keseharian mereka yang selalu nempel dengan gawai dan hampir dapat dipastikan sering bermain game setiap harinya.
Pertanyaan dari adik-adik yang masih SMP tersebut, ternyata memang ada benarnya, dan menyadarkan saya bahwa ternyata dalam game pun bisa menjadi salah satu media pembelajaran terkait materi Mobilitas Sosial. Perlu diketahui bahwa dalam beberapa game, khususnya yang bergenre Survival, FPS (First Person Shooter), dan MOBA (Multiplayer Online Battle Arena), serta beberapa genre MMORPG (Massively Multiplayer Online Role Playing Game) memiliki suatu sistem berupa Rank atau bisa dikatakan sebagai tingkatan bagi setiap penggunanya yang mudahnya disebut sebagai player. Beberapa game menerapkan sistem Rank hanya dengan sekedar angka seperti rangking di kelas, tetapi terdapat pula yang menerapkan berupa tingkatan atau tier tertentu, misalnya Bronze, Silver, Gold, dan seterusnya.
Jadi, apa hubungannya dengan materi Mobilitas Sosial dengan game-game adalah pada sistem rank tersebut. Seperti halnya pengertian dari Mobilitas Sosial secara bahasa terdiri dari dua kata yaitu mobilitas dan sosial, singkatnya apabila digabungkan menjadi pergerakan yang terjadi di lapisan-lapisan masyarakat, baik lebih tinggi atau lebih rendah.
Hal inilah yang mirip, apabila diibaratkan lapisan-lapisan masyarakat merupakan tingkatan-tingkatan rank dalam game, dan mobilitas atau pergerekan yang terjadi adalah ketika setiap player berusaha naik ke tingkatan di atasnya.
Ketika player sedang berusaha untuk mencapai tingkatan di atasnya, diharuskan untuk berusaha menyelesaikan beberapa misi, ataupun bersaing dengan pemain-pemain lain dalam suatu kompetisi tergantung jenis gamenya.
Berdasarkan hasil kompetisi itulah ada yang mengalami kegagalan, ada juga yang mengalami keberhasilan, sehingga akan terjadi dua bentuk pergerakan, yaitu naik tingkatan, atau malah terjun jatuh ke tingkatan di bawahnya, misalkan dari tingkatan Silver bisa naik ke Gold, sedangkan bila turun akan menjadi Bronze.
Hal tersebut sama dengan bentuk mobilitas sosial yang terjadi, yaitu mobilitas sosial vertikal, yang terdiri dua bentuk, yaitu “Mobilitas Sosial Vertikal Positif “yang berarti terjadi peningkatan status atau kedudukan seseorang dan bisa disebut pula dengan istilah Social Climbing. Bentuk berikutnya yaitu “Mobilitas Sosial Vertikal Negatif”, yang berarti terjadinya penurunan kedudukan atau status seseorang dalam suatu lapisan masyarakat dengan sebutan lain Social Sinking.
Selain mobilitas sosial vertikal, terdapat pula bentuk mobilitas sosial horizontal, yang berarti hanya berpindah tanpa mempengaruhi status atau keduduka seseorang dalam lapisan masyarakat. Misalkan, seperti seorang siswa kelas VIII dari suatu SMP kemudian pindah ke SMP lain dengan duduk di tingkatan kelas yang sama.
Apabila dikaitkan dengan game, dapat digambarkan dengan ketika playernya melakukan kompetisi untuk sekedar berlatih, atau hanya sekedar bermain tanpa bersaing meningkatkan rank, sehingga tidak terjadi perubahan apapun dalam tingkatannya.
Mobilitas sosial yang terjadi dalam masyarakat pastinya dipengaruhi beberapa faktor, misalnya seperti faktor individu itu sendiri, kondisi sosial, ekonomi, pendidikan dan masih banyak lagi.
Hal yang sama dalam game, juga terdapat faktor-faktor pendukung dalam proses mobilitas rank yang dilakukan oleh para player. Misalnya seperti faktor individu, yang juga sebenarnya berlaku pula dalam masyarakat, ketika keinginan, atau kemampuan yang dimiliki seorang individu akan sangat berpengaruh terhadap mobilitasnya dalam lapisan masyarakat maupun dalam tingkatan dalam game.