Mohon tunggu...
eremje
eremje Mohon Tunggu... -

menulis.. menulis... menulis...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Juru Pitnah

20 Januari 2017   21:52 Diperbarui: 20 Januari 2017   21:59 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wow istilah ini keren banget. Ternyata yang namanya pitnah mempitnah itu sekarang sudah jadi semacam keahlian baru. Dulu ya, jamannya sayah bayi (malu kalo bilang muda mah, nanti kesannya sekarang tua), ga ada atuh yang namanya juru pitnah. Dulu mah ya ada juga juru ketik, juru mudi, juru panto (sudut pintu), juru mandi (jarang mandi - maksa). Jaman sekarang mah emang luar biasah. Bahkan dalam dunia jagad nya si maya, juru pitnah itu bisa punya penghasilan yang lumayan. Yah cukuplah untuk biaya internet, biaya listrik, makan 3x sehari, satu mobil mercy, kawin 2x (eits) dan ya lumayan lah buat yang lagi nganggur.

Para juru-juru ini mereka juga biasa disebut sebagai 'pasukan cyber'. Karena kerjaan si juru pitnah ini juga lewat media-media online. Yang sayah heran, kenapa mereka menggunakan media online ya? Apa karena muka mereka tidak kelihatan? Jadi berani we bilang apa aja, berani we posting apa aja, seenak hitutna. Apa malah tidak berkesan pengecut? Ah tidak tahu atuh. Tapi banyak banget posting-posting yang kebenarannya aja tidak bisa dipastikan. Alias asal nyeblak we. Ada gambar apa, disotoshop sama gambar apa, lalu dikasih kapsyen, dikasih tulisan-tulisan. Mending kalau tulisannya mendidik, eh ini mah berita yang teu puguh (ga jelas). Makanya saya bilang jadi pitnah. 

Kalau ngomong soal ketertiban sosial, pitnah itu jelas lebih kejam dari sakit gigi. Masyarakat secara umum tidak membenarkan seseorang untuk menyebar pitnah. Apalagi dalam agama, haduh eta mah, agama mana aja setahu sayah yang bodo ini. Tidak ada tuh yang meng-halal-kan pitnah. Bahkan dinyatakan dosa besar kalau mengeluarkan pitnah teh.

Tapi tuh lihat, ada terror bom di menado (lihat berita coba), Bapak Hasto dituduh anti Islam, Pak de Jokowi dituduh bukan anak asli Ibu Sujiatmi, terus pe ka yi banyak pisan dituduhin ke mana-mana. Emang bener gitu? Menurut analisa dan penelusuran, tentu saja tidak benar. Nah makanya ini termasuk berita pitnah. Yang nyebarin jelas layak disebut juru pitnah. Berita teu bener kenapa disebar-sebar? 

Jadi orang tuh ya, ambil yang positif, buang yang negatif. Kaya sayah nih (nyombong sedikit), turulung di wall tewiter saya ada berita pitnah kaya gitu, gak bakal sayah ri-tewit. Sayah biarin we. Ga bakal sayah baca, ga bakal sayah kasih jempol. Kalau terlalu sakit (disini nih sakitnya - nunjuk jidat), buat repot ke admin, alasan terlalu menyinggung orang. Boleh dong begitu? Hak sayah juga kan. Atuh minimal dengan begitu sayah tidak termasuk dalam golongan juru pitnah itu.

Lebih baik sayah jadi juru ketik aja, juru ketik yang menulis berdasarkan hal yang benar. Boleh ngasih opini tentang apa sajah, tapi opini yang lurus dan waras. Bukan pitnah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun