Di bawah sinar bulan purnama kecantikan sang Putri terpancar. Raja meyakini kutukan sang penyihir tidak terwujud dan ditambah lagi sang Putri telah dibekali doa dari pensehat dan para peri.
Keesokan harinya betapa terkejutnya sang Raja dan Ratu. Putri cantik jelitanya berubah menjadi seekor anak kelinci merah muda. Sang Ratu menangisi tersedu-sedu. Kutukan tetaplah kutukan dan tak mampu seorang pun mematahkan kutukan tersebut.
Dan ketika malam purnama sang Putri berubah wujud menjadi manusia. Inilah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh Raja dan Ratu. Mereka bisa bersenda gurau dan bercengkrama bersama.
Sang kelinci merah muda sudah membesar dan memasuki usia remaja. Ditemani para peri dia main ke hutan.Â
Berkeliling mencari bunga mekar setaman, ibunya sangat menyukai bunga tersebut hingga sang Putri ingin mempersembahkannya untuk sang ibu.Â
Ditemani para peri mereka pergi bersama. Tanpa disadari hari mulai senja dan malam ini malam purnama.Â
Sang kelinci berubah menjadi seorang putri yang sangat cantik. Para peri tertegun, karena selama ini mereka tak pernah melihat wujud sang Putri ketika sudah remaja. Rambutnya yang ikal, tinggi semampai, wajahnya bujur telur dan kulitnya yang bening.
Mereka berjalan bersama membawa bunga mekar setanam. Tanpa disadari mereka ada seseorang yang sedang mengintip disemak-semak. Sang Putri kaget dan para peri langsung menyihir arah rumput yang sedang bergerak-gerak
"Siapa itu? Keluar kau!" teriak sang Putri
Sesosok pangeran tampan keluar dari semak-semak. Sang pangeran tertegun melihat kecantikan sang Putri, mereka saling bertatapan.
"Maafkan saya. Saya sedang berburu dan terpisah dari rombongan," jelasnya.