Mohon tunggu...
E Rein
E Rein Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Seorang Penulis Biasa

Bukan siapa-siapa dan hanya ingin jadi orang yang biasa aja. Menulis adalah kebutuhan. Dengan menulis aku bisa hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jongkong Layar, Alat Transportasi Masyarakat Melayu Tempo Dulu

10 Oktober 2022   09:02 Diperbarui: 11 Oktober 2022   11:23 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Anambas

Dalam istilah orang Melayu di kepulauan Anambas Jongkong berasal dari dua kata 'Jong' yang berarti sampan dan 'Kong' artinya potong. Jongkong secara harfiah berarti sampan yang dipotong. 

Makna lebih dalamnya, jongkong itu terbuat dari sebuah kayu, biasanya jenis kayu meranti, soren (kayu-kayu yang awet/pilihan) kayu inilah yang dipotong. Jongkong adalah salah satu alat transportasi yang digunakan oleh orang pada zaman dahulu (populernya sekitar tahun 1950-an) untuk melakukan kegiatan seperti mencari ikan, menjadi alat penyemberangan dari satu pulau ke pulau lain.

Masyarakat belum mengenal yang namanya mesin dan tekhnologi transportasi yang canggih seperti saat ini, salah satu cara agar memudahkan masyarakat dengan mengandalkan alam. 

Dokumentasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Anambas
Dokumentasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Anambas

Oleh masyarakat dibuat dua versi agar jongkong ini bisa berfungsi dengan baik, pertama dengan menggunakan tambahan layar (kayu untuk dipasangkan layar disebut kayu tembaong) yang dikenal dengan jongkong layar, dan yang kedua dengan cara didayung tanpa layar. Keduanya sama-sama bisa berfungsi sebagai alat transportasi.

Pada zaman sekarang, eksistensi jongkong mulai pudar dengan digerus oleh canggihnya teknologi dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat modern menciptakan alat trasportasi yang bisa memuat lebih dari satu atau dua orang dan bisa memuat barang dalam jumlah yang banyak. Oleh karena keadaan seperti ini, sudah mulai jarang yang menggunakan jongkong layar sebagai alat trasnportasi. 

Dokumentasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Anambas
Dokumentasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Anambas

Generasi muda pun sudah sangat jarang mengenal jongkong layar dan kerap kali tidak mengerti cara mengemudikannya. Tentu saja orang yang akan mengemudikan jongkong layar harus menguasai beberapa  teknik, menguasai arah angin misalnya, cara menarik layar, dan beberapa pengetahuan lainnya. Jongkong layar sendiri kekuatannya itu pada arah angin, laju atau tidaknya juga ditentukan oleh kekuatan angin.

Pada tahun 2018, melihat kondisi saat ini, tercetuslah sebuah ide untuk melestarikan khazanah bangsa. Dibuatlah Festival Jongkong Layar untuk pertama kalinya di Desa Nyamuk, Kecamatan Siantan Timur. 

Melihat animo masyarakat yang turut memeriahkan acara tersebut. Hingga di tahun 2022 kembali dilaksanakan Lomba Jongkong Layar di Desa Nyamuk, dan pada tanggal 6 Oktober 2022 dilaksanakan lagi di Desa Batu Belah.

Harapannya, event-event seperti ini terus dilaksanakan, tidak hanya tampil di tingkat desa-desa, bisa juga tingkat kecamatan, bahkan kabupaten. Event seperti ini selain sebagai wadah untuk melestarikan budaya bangsa, juga sebagai media untuk meningkatkan prekonomian masyarakat, dengan adanya event, banyak pengunjung yang datang, baik yang domestik maupun mancanegara, sehingga bisa meningkatkan prekonomian masyarakat.

Narasumber : BABANDI---Kepala Desa Batu Belah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun