Pemanjat cukup berbekal sepatu panjat dan kantung berisi magnesium agar tangan tak terlalu licin ketika bersentuhan dengan batuan. Selain itu, untuk menahan jatuh, paling-paling digelar matras tepat di bawah jalur panjat.
Umumnya bouldering lebih menyenangkan jika dilakukan secara berkelompok, setelah puas memanjat di satu bongkah batuan, kelompok itu bergerak, berpindah tempat untuk memanjat di bongkah-bongkah batuan selanjutnya. Hanya saja, bouldering di alam terbuka belumlah terlalu popular.
Meski terbilang belum terlalu popular, sesungguhnya tak sulit menemukan bongkahan seperti ini di sekitar Gunung Parang: Di tengah hutan, di area pesawahan, bahkan di halaman rumah penduduk.Â
Jika mampu dikelola dengan baik, minimal ada pendataan, membuat peta lokasi lengkap dengan keterangan tingkat kesulitan -misalnya mudah untuk pemula, sedang, sulit, dst- akan menjadi atraksi lain yang melengkapi wisata di Gunung Parang.Â
Di sisi lain, kegiatan bouldering pasti akan terus berkembang dan semakin mengukuhkan Gunung Parang sebagai gudangnya wisata keterjalan.
******
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H