Mohon tunggu...
Erdiko Widjajanto
Erdiko Widjajanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FPP - UNDIP

Saya mempunyai minat pada pengolahan pangan dengan penggunaan teknologi atau AI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penggunaan Edible Coating Berbasis Ubi Kayu atau Singkong sebagai Alternatif dari Kemasan Plastik

13 Desember 2023   07:40 Diperbarui: 13 Desember 2023   07:46 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Hortikultura merupakan ilmu dan praktik bercocok tanam tanaman seperti buah-buahan, sayuran, tanaman hias, tanaman obat, dan tanaman bunga. Indonesia memiliki beragam produk hortikultura lokal yang mencakup berbagai jenis tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias. Beberapa produk hortikultura lokal yang cukup dikenal Masyarakat ialah sawi, kangkung, bayam, terong, tomat, papaya, pisang, durian, rambutan, manggis dan lain-lainnya. Buah-buahan dan sayuran merupakan sumber nutrisi yang kaya akan vitamin, mineral, serat, dan antioksidan. Konsumsi produk hortikultura yang beragam dapat membantu mendukung kesehatan tubuh, meningkatkan sistem kekebalan, dan mencegah berbagai penyakit.

Namun, buah-buahan dan sayuran ini sangat sulit untuk di preservasi atau diperpanjang umurnya. Hal ini karena buah-buahan dan sayuran memiliki kadar air yang cukup tinggi, membuatnya rentan terhadap penyakit atau kontaminasi mikroba patogen. Kulit yang tipis juga tidak membantu sama sekali karena rentan terhadap kerusakan fisik seperti benturan, lecet, dan tekanan serta kerusakan akibat chilling injury. Hal ini dapat dicegah dengan pengunaan kemasan yang terbuat dari plastik, karton, kaca, dll. Kesampingan biaya yang cukup murah dari plastik dan karton, material ini cukup invasif atau berbahaya untuk lingkungan sekitar karena sulit terurai dan saat dibakar dapat menghasilkan gas karbon monoksida (CO) yang cukup berbahaya untuk kesehatan manusia dan lingkungan.

Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas temuan yang cukup banyak dibahas dan dipakai di luar negeri yaitu edible coating. Edible coating merupakan lapisan tipis bahan yang diaplikasikan pada permukaan produk makanan, biasanya buah-buahan dan sayuran, untuk memberikan berbagai manfaat seperti memperpanjang masa simpan, menjaga kesegaran, dan meningkatkan tampilan visual. Pelapis ini terbuat dari bahan yang aman untuk dimakan dan dianggap aman untuk dikonsumsi atau edible. Saya akan membahas penggunaan edible coating ini dalam memperpanjang masa simpan, menjaga kesegaran, dan meningkatkan tampilan visual pada produk buah-buahan dan sayuran lokal serta juga penekanan biaya dengan menggunakan bahan lokal yang sering ditemui masyarakat atau pasar lokal dan mereka pun mendapat akses yang mudah pada edible coating tersebut.

Disini akan dibahas mengenai pembuatan edible coating dengan menggunakan Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz), Pengaplikasian edible coating dengan metode pencelupan, pembubuhan, dan penyemprotan, serta kelebihan dan kekurangan dari penggunaan edible coating. Setiap prosedur penting dalam mengetahui bahan dan cara pembuatan edible coating dengan menggunakan Ubi kayu atau singkong serta metode yang efektif dalam pengaplikasian edible coating pada buah-buahan dan sayuran. Kita juga akan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari penggunaan edible coating pada produk buah-buahan dan sayuran lokal.

Pembuatan edible coating dengan menggunakan Ubi Kayu atau Singkong disebut sebagai starch-based edible coating karena menggunakan starch atau pati sebagai komponen utama dalam pembentuan coating. Bahan yang diperlukan yaitu pati (ubi kayu atau singkong), griserol, air, agen antimikroba, nampan plastik. Alat yang diperlukan yaitu blender, sendok, penyaring, pemarut, ayakan, container besar atau ember, wadah atau gelas, dan oven.

Pertama akan dilakukan pembuatan pati ubi kayu atau singkong dimulai dengan pencucian bahan baku, bahan dicuci hingga bersih, dikupas dan bahan dihancurkan dengan cara diparut, setelah diparut bahan ditambahkan air dengan rasio 1:1. Kemudian di ekstraksi dan disaring dengan menggunakan penyaring sehingga diperoleh ampas dan suspensi. Ampas yang diperoleh ditambahkan air dengan rasio 1:1 dan diekstraksi kembali, suspensi yang diperoleh diendapkan selama 12 jam kemudian air di permukaan endapan dibuang. Endapan yang diperoleh dikeringkan dengan menggunakan oven salama 4 jam pada suhu 50C atau dijemur selama 2-3 jam. Setelah kering, pati dihancurkan dengan menggunakan blender dan diayak dengan ayakan 80 mesh sehingga diperoleh pati ubi jalar.

Pembuatan edible coating dimulai dengan menimbang 3 gr pati ubi jalar dan dilarutkan dengan menggunakan 80 ml air hingga larut, larutan dipanaskan hingga mencapai suhu 80C selama 15 menit. Setelah dipanaskan, ditambahkan dengan 20 ml air, agen antimikroba dan gliserol. Suspensi dipanaskan dan diaduk hingga mencapai suhu 80C selama 15 menit, lalu suspensi didinginkan hingga suhu 50C. Setelah itu suspensi dituangkan pada nampan plastic ukuran 17 x 19 cm sebanyak 63 ml kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 40C selama 24 jam.

Pada pengaplikasian edible coating akan dilakukan dengan 3 metode yaitu pencelupan (dipping), pembubuhan (brushing), dan penyemprotan (spraying). Metode pencelupan dilakukan dengan mencelup buah-buahan pada edible coating. Metode ini cukup efektif pada buah-buahan yang kecil dan memiliki bentuk sederhana seperti apel, jeruk, rambutan, manggis, dan tomat karena cakupan yang merata dan penetrasi yang baik. Namun, kurang cocok untuk buah-buahan yang besar dan sayuran yang Sebagian besar memiliki bentuk yang kompleks.

Metode pembubuhan dilakukan dengan dioleskan secara manual menggunakan kuas atau sikat pada permukaan buah-buahan dan sayuran. Metode ini cukup efektif pada sayuran yang memiliki bentuk kompleks, efisien dalam menghemat edible coating, dan penanganan yang cukup mudah pada skala kecil (UMKM atau pasar lokal). Namun, metode ini kurang efektif karena tetap tidak merata seperti metode pencelupan, dilakukan secara manual, kualitas coating yang tidak merata, dan keterbatasannya pada skala besar atau industri.

Metode penyemprotan dilakukan dengan disemprotkan pada permukaan kulit buah-buahan dan sayuran menggunakan semprotan halus. Metode ini cukup efektif pada semua buah-buahan dan sayuran dengan bentuk dan ukuran yang beragam, dapat dilakukan pada skala besar atau industri, dan cakupan yang merata. Namun, metode ini memiliki kekurangan seperti penggunaan peralatan yang lebih canggih yang membuatnya lebih mahal daripada metode pencelupan dan pembubuhan, kualitas dan meratanya coating tergantung pada skill pekerja, formula coating yang harus tepat karena jika terlalu kental maka tidak dapat disemprot dan jika terlalu encer maka coating akan berkurang efektifitasnya.

Pemilihan metode pengaplikasian tergantung pada bentuk dan ukuran pada hortikultura, tujuan penggunaan edible coating, dan fasilitas yang tersedia. Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan penelitian lebih lanjut terus dilakukan untuk mengembangkan teknik yang lebih efektif dan efisien dalam pengaplikasian edible coating pada produk hortikultura. Namun, untuk kasus kali ini metode yang cukup efektif dan dapat digunakan untuk pasar lokal atau bahkan UMKM yaitu metode pencelupan (dipping) dan pembubuhan (brushing). Hal ini dikarenakan kedua metode ini cocok untuk skala kecil, biaya yang terjangkau, dan cocok diaplikasian pada Sebagian besar buahn-buahan dan sayuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun