Sampah merupakan masalah serius yang tengah dihadapi masyarakat Indonesia. Dapat dilihat setiap langkah kita menyusuri jalan, pasti terdapat setidaknya satu atau dua sampah yang tercecer. Jika dikumpulkan, sampah-sampah tersebut akan menumpuk dan meresahkan masyarakat. Pemakaian plastik yang berlebihan menjadi faktor utama menumpuknya sampah di beberapa tempat.
Sampah merupakan barang yang sudah tidak terpakai, tidak berarti, tidak diinginkan, dan berakhir dibuang. Dahulu, sebelum adanya masa serba praktis ini, sampah bukanlah masalah yang besar. Namun, seiring berkembangnya zaman, bertambahnya penduduk dengan ruang yang tetap, sampah menjadi masalah yang semakin besar.
Berbicara soal sampah, kita dapat menggolongkannya menjadi beberapa bagian. Ada sampah organik, anorganik, dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Sampah organik merupakan sampah yang bisa membusuk atau terurai dengan sendirinya. Sampah organik biasanya terdiri dari bahan basah yang mudah basi dan tidak tahan lama. Biasanya sampah organik berupa sisa makanan, daun kering, kotoran hewan, dan masih banyak lagi. Sampah organik dapat didaur ulang menjadi pupuk kompos yang bermanfaat bagi lingkungan.
Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang sulit terurai. Misalnya seperti plastik, botol kaca, besi berkarat, dan lain sebagainya. Jika sampah anorganik tertimbun tanah, akan menyebabkan kerusakan pada unsur tanah tersebut dan mencemari lingkungan. Yang terakhir merupakan sampah B3. Jenis sampah ini berasal dari cairan kimia yang berbahaya bagi lingkungan. Misalnya seperti cairan pembersih lantai, pengharum ruangan, pembasmi serangga, batu baterai, dan masih banyak lagi.
Sampah anorganik inilah yang banyak ditemukan karena sifatnya yang sukar terurai. Bisa dilihat pada parit-parit yang terdapat di jalanan, tidak sedikit parit yang terdapat sampah di dalamnya. Hal ini dapat menyebabkan banjir saat musim penghujan tiba.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya masih minim. Mereka memilih cara yang menurutnya ‘anti ribet’ dengan membuang sampah seenaknya di kali atau sungai. Dengan begitu mereka juga tidak perlu membayar biaya kebersihan untuk tukang sampah setiap bulannya. Mungkin, kejadian ini hanya terjadi di sisi kota yang masih kurang akan sosialisasi dan literasi.
Faktor pendidikan dan kesadaran sangat mempengaruhi dalam masyarakat. Masih banyak masyarakat yang kurang kesadaran akan membuang sampah pada tempatnya. Perlu adanya sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Sampah yang tidak dapat terurai bisa didaur ulang menjadi barang-barang yang berguna lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H