Mohon tunggu...
Erdhian Ghifari
Erdhian Ghifari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Quarter Life Crisis Lebih Dalam Lagi

25 Desember 2023   22:02 Diperbarui: 25 Desember 2023   22:09 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok Channel Youtube fromkeydee pinterest.com

Apakah kamu berumur 18-29 tahun. Apakah kamu merasa kebingungan, kehilangan arah, atau bahkan meragukan pilihan hidupmu? Mari kita telusuri fenomena ini dan temukan cara menghadapi masa transisi penuh perubahan ini bersama-sama.

Quarter-life crisis merupakan  krisis  yang  terjadi  pada  individu  yang  berusia  20  tahun  ke  atas. Pada fase  ini  menjadi  fase  yang  sulit  bagi  individu  karena  adanya  perubahan  yang  signifikan, sebelumnya  individu  fokus  menghabiskan  masa  sekolahnya  namun  setelahnya  terpaksa  harus bertanggung jawab terhadap dirinya. Quarter-life crisis sering kali terkait dengan pencarian identitas diri.

Quarterlife crisis adalah sebuah fenomena yang umum terjadi pada individu di rentang usia 18-29 tahun. Kelompok usia ini dikenal dengan istilah emerging adulthood dan pertama kali dicetuskan oleh Arnett (2001). Pada tahap perkembangan tersebut, individu mulai memperoleh banyak perubahan-perubahan dan tuntutan dari lingkungannya sebagai tanda masa transisi dari remaja menuju dewasa. Adanya kebutuhan untuk mengeksplorasi diri juga membuat tahap ini penuh dengan ketidakstabilan. Bila individu tidak mampu mengatasinya - ditandai dengan munculnya reaksi emosi seperti rasa cemas, frustrasi, dan perasaan tidak berdaya karena tidak mampu keluar dari zona nyaman kehidupannya, maka individu tersebut dapat dikatakan mengalami quarterlife crisis.

Lalu, apa saja penyebabnya?

  1. Tekanan Karier dan Pekerjaan:
    • Ketidakpastian tentang pilihan karier.
    • Tekanan untuk mencapai kesuksesan profesional pada usia muda.
    • Kesenjangan antara harapan dan realitas pekerjaan.
  2. Tekanan Sosial dan Ekspektasi:
    • Ekspektasi sosial untuk mencapai pencapaian tertentu pada usia tertentu.
    • Perbandingan diri dengan teman sebaya atau model sosial.
  3. Perubahan Lingkungan Hidup:
    • Transisi dari lingkungan akademis ke dunia kerja.
    • Migrasi atau pindah ke kota baru.
    • Pergantian lingkungan sosial, misalnya, setelah lulus kuliah.
  4. Ketidakpastian dalam Hubungan Pribadi:
    • Pertanyaan tentang komitmen dalam hubungan asmara.
    • Kesulitan menemukan pasangan hidup atau memahami apa yang diinginkan dalam hubungan.
  5. Pencarian Identitas dan Tujuan Hidup:
    • Pertanyaan tentang siapa diri mereka dan apa tujuan hidup mereka.
    • Pencarian makna dan tujuan yang lebih besar.
  6. Kondisi Finansial:
    • Kesulitan dalam mengelola keuangan pribadi.
    • Beban finansial, seperti hutang kuliah atau pinjaman.
  7. Pertanyaan tentang Hidup yang Lebih Besar:
    • Refleksi mendalam tentang arti hidup.
    • Pertanyaan eksistensial tentang makna dan tujuan hidup.
  8. Perubahan dalam Hubungan Keluarga:
    • Transisi ke fase orang dewasa muda dan hubungan yang berubah dengan keluarga.
    • Tekanan dari harapan keluarga terkait pencapaian tertentu.

Dalam menghadapi quarter life crisis, pertama-tama, penting untuk berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Setiap individu memiliki perjalanan dan waktu yang berbeda. Selanjutnya, ubah keraguan yang mungkin muncul menjadi tindakan positif. Jangan biarkan ketidakpastian menghalangi langkah-langkahmu menuju pertumbuhan pribadi. Temukan lingkungan sosial yang dapat memberikan dukungan, baik dari teman-teman, keluarga, atau mentor. Menghadapi masa sulit lebih mudah ketika ada orang-orang yang peduli di sekitarmu. Terakhir, jadilah teman terbaik bagi dirimu sendiri dengan belajar untuk mencintai dan menghargai diri sendiri. Ini merupakan fondasi kuat untuk melewati quarter life crisis dan membangun masa depan yang lebih cerah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun