Mohon tunggu...
eRda cIgaretta
eRda cIgaretta Mohon Tunggu... -

seorang wanita yang senang berbagi..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Nonton Konser Musik Rock Diselingi Musik Dugem?? Gak asyik!!

7 Agustus 2010   20:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:13 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sumpah! Benar-benar tidak asyik!!

Baru saja saya pulang dari nonton Power Slaves in concert di Semarang. Ada kebanggaan, tapi banyak juga kekecewaannya.

Saya belum akan membahas penampilan dari Power Slaves, karena cerita itu akan saya bingkai sendiri nanti. Yang saya akan ceritakan disini adalah detik-detik menjelang penampilan Power Slaves tersebut.Detik-detik yang sangat-sangat menjemukan dan tidak bisa saya mengerti.

Saya datang ke Liquid Café Semarang sekitar pukul 10.30. Di selebarannya sih acara dimulai pukul 10.00. Tapi biasalah, namanya juga orang kita, ngaret setengah jam sudah bagus.

Band pembuka pertama cukup menghibur, sayang saya tidak tahu nama band ini, mereka mengusung music rock metal. Membawakan 3 lagu, band ini cukup membuat saya manggut-manggut. Sayang sekali, animo dari pengunjung café tidak sesuai dengan atmosfer yang diciptakan. Mungkin karena masih ‘sore’, sehingga pengunjung (termasuk saya) hanya diam di tempat, tanpa ingin maju ke depan panggung seperti layaknya melihat penampilan music rock. Saya tidak tahu, apakah karena alasan tersebut atau karena stage act dari vocalist nya yang kurang bisa mengajak pengunjung untuk menikmati lebih dekat.Karena saya pun tidak tergerak untuk maju seperti biasanya. Yah, akhirnya band ini pun berlalu begitu saja.

Setelah penampilan band pertama, ruangan café pun langsung digebrak dengan music “jedag-jedug” oleh seorang DJ. Waduh, ternyata mereka tidak mau rugi. Tetap saja ada music yang saya tidak begitu suka ini. Karena baru beberapa menit music ini dimainkan, saya langsung terus-terusan menguap. Aneh memang, jika orang mendengar music ini bisa langsung goyang, saya malah jadi mengantuk lama kelamaan. Norak benar ya saya?

Untung saja DJ time ini tidak lama,karena saya lihat di panggung sudah ada band pembuka kedua yang sedang bersiap-siap. Sialnya, saya juga tidak tahu nama band ini. Mereka cukup membuat kami pecinta music rock merasa terhibur. Menyanyikan lagu dari band-band rock dunia seperti Metallica, mampu membuat kami (baca: saya) seakan lupa akan rasa kantuk tadi. Dengan 4 lagu seperti itu, cukuplah membuat saya bertahan berdiri menunggu Power Slaves main.

Kenapa berdiri? Emang di café tidak ada kursi?

Pertanyaan yang bagus. Yah, karena ada event seperti ini, yang harga tiket masuknya ‘Cuma’ Rp.35.000 sudah termasuk soft drink 1 kaleng, sangat tidak masuk akal bila pihak café memperbolehkan kami memakai property mereka seenak perut, bukan?

Dari pertama kali saya masuk, semua meja dan sofa yang ada sudah bertuliskan RESERVED. Saya cukup tahu diri untuk tidak duduk di kursi maupun sofa tersebut. Memang tidak ada yang melarang, tapi jika nanti ada orang yang berani membayar meja dengan membuka 1 botol minuman seharga Rp. 800.000 dan akhirnya mengusir saya, mau ditaruh dimana muka saya?? Malu lah pastinya. Dalam hati si waitress, mau duduk, gak mau beli minum. Hehehe, berburuk sangka tidak sih?

Pinter ya para marketingcafé itu. Semua ditulis reserved, padahal tidak ada yang nge-reserve. Sudahlah, mungkin itu memang sudah menjadi bagian dari strategi mereka.

Setelah band kedua turun panggung, kembali DJ time dimulai. Music jedag jedug langsung mengambil alih suasana kenge-rock-an saya. Kali ini saya juga berpikir, paling music ini hanya untuk beberapa menit sambil menunggu crew dari Power Slaves check sound seperti band pertama tadi. Jadi untuk membunuh kebosanan dan mengusir kantuk, saya bakar si Black Menthol itu.

Ternyata kali ini saya salah. 15 menit, 30 menit, 1 jam lebih saya tetap disuguhi music ini. Saya melihat diatas panggung juga sepertinya tidak ada tanda-tanda akan dimulainya sebuah konser.

Sekedar untuk mencuci mata yang mulai pedih karena asap berbagai merk rokok, saya mencoba mengedarkan pandangan ke sekitar. Sudah mulai banyak anak dugem (dunia gemerlap) yang berdatangan. Saya melihat dari pakaian yang mereka kenakan. Sangat jauh dari saya yang hanya mengenakan sweater yang digulung, celana jeans, dan sneakers. Kebanyakan dari mereka memakai gaun berbelahan rendah dan berpotongan tinggi, tas tangan, dan high heels. Kalau bukan untuk dugem, masa iya mereka sempatkan mampir setelah kondangan hanya untuk melihat Power Slaves? Tidak tahu juga saya.

Yang pasti beberapa dari mereka yang baru datang langsung duduk di kursi atau di sofa yang bertuliskan reserved tadi, dan tak lama kemudian waitress tampak membawakan botol minuman yang mereka pesan. Satu tenggak, dua tenggak, mereka mulai bergoyang, peluk sana peluk sini, mungkin sambil menikmati music yang ditawarkan.

Saya yang melihat itu menjadi berpikir. Kalau setelah mereka mulai ‘naik’ begini, kemudian Power Slaves tampil, bagaimana rasanya ya? Memangnya bisa nyambung, ‘mabok’ sambil mendengarkan music Power Slaves? Duh, rasanya saya sangat penasaran sekali ingin menyaksikan dari dekat bagaimana raut muka anak-anak dugem itu pada saat Power Slaves tampil nanti. Hihihihi.

Ternyata rasa penasaran saya itu cukup menghibur hati saya yang mulai kesal. Nuansa konser music rock yang saya bayangkan jauh-jauh hari, tidak saya dapati sama sekali disini. Dalam hati saya, kenapa juga harus diselingi dengan music jedag-jedug yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan tema café itu malam ini.

Tepat pukul 00.30, saya melihat MC dan beberapa personel tampak bersiap-siap diatas panggung. Kontan saya langsung beranjak maju hingga di bibir panggung. Sudah mau muntah rasanya melihat pemandangan yang saya tidak suka tadi.

Konser dimulai, saya menikmati, konser selesai.

Kan saya sudah bilang, nanti akan saya bingkaikan cerita konsernya. Tersendiri.

Selesai Power Slaves main, saya langsung memutuskan untuk pulang. Tak lupa saya menyempatkan untuk melirik anak-anak dugem disana, seperti keinginan saya tadi.

Hahahaha.. kontan saya tertawa terbahak-bahak setelah melihat hampir semua anak-anak dugem itu berwajah kusut. Ada yang cemberut, ada yang sibuk dengan ponselnya, ada yang merokok ogah-ogahan. Macam-macam lah ekspresi mereka. Tetapi sama temanya. Bosan. Kecewa.

Ternyata sama saja. Saya yang tidak suka music jedag-jedug, berasa mau muntah ketika music itu dimainkan dalam nuansa konser music rock.

Mereka yang tidak suka music rock, pun berasa mau muntah ketika music rock dimainkan di sebuah café n bar seperti ini.

Sama lah, seri kedudukannya. Tidak perlu untuk saling menyalahkan.

Hanya himbauan kepada panitia, lain kali tolong, nuansa music rock yang sudah terbangun dari band pembuka, jangan dicampur dengan music anak dugem. Caranya? Pilih tempat yang sesuai dong!

Jadi, nonton konser music rock diselingi music dugem? Gak asyik banget!

Pinjam istilah anak gaul, PLEASE DEH!!!!

-meski kecewa tapi terpuaskan_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun