Jika ada seseorang yang mengatakan kepadamu bahwa dia mencintaimu, dan kamu mendengarnya mengatakan itu di setiap saat, setiap hari dan sepanjang waktu, tentunya akan membuatmu merasa menjadi orang yang paling berbahagia di muka bumi.
Tetapi ternyata dalam perilaku kesehariannya dia sama sekali tidak mengindahkanmu. Dia tidak menghormatimu dan tidak pernah menyukai apa pun yang kamu lakukan. Dia menyukai apa yang kamu tidak sukai dan membenci apa yang kamu sukai. Dia tidak membela kehormatanmu ketika ada yang menghinamu, bahkan dia malah turut menghinamu.
Dia juga mengabaikan nasihatmu. Mungkin dia terlihat begitu khusyuk saat mendengarkan perkataanmu, tetapi sebetulnya jauh di dalam hatinya diam-diam dia sedang menertawakanmu. Lalu kemudian dia bergabung dengan para pembencimu untuk membicarakanmu dan menghinamu.
Padahal kamu kamu menyayangi dan mengasihinya. Kamu hanya mengharapkan kebaikan untuknya dan selalu mendoakan keselamatan baginya karena kamu begitu peduli terhadapnya. Dan kamu turut menanggung beratnya kesedihan di setiap kesusahan dan penderitaan yang menimpanya. Kamu begitu mencintainya dan dia pun mengatakan dia juga mencintaimu. Tetapi hanya kesedihan yang melingkupi hatimu, karena kamu tahu pernyataan cintanya hanyalah penghias lisan belaka.
Begitulah perumpaan diri kita terhadap manusia termulia Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.Kita selalu mengatakan bahwa kita mencintainya, namun lihatlah perilaku kita dalam keseharian hidup kita. Kita mengatakan kita mencintainya namun kita tak mau mengenalnya. Kita lebih mengenal artis atau pesebak bola idola kita dan hafal sejarah hidup mereka. Kita lebih suka mengikuti berita gosip tentang artis atau menonton pertandingan di televisi daripada membaca sejarah hidup dan kenabian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Alih-alih meneladani beliau, kita malah membanggakan tata cara dan aturan yang dibuat oleh golongan umat lain dan mengikuti cara hidup mereka yang jauh dari tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hingga kalaupun masuk ke lubang biawak pun kita masih mengikuti mereka. Bagaimana mungkin kita bisa mengakui bahwa kita mencintai Allah dan Rasul-Nya namun kita mengerjakan hal-hal yang tidak sesuai dengan petunjuk, perintah dan tuntutan yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kagum dengan jumlah umatnya yang banyak. Tetapi lihatlah kondisi kita saat ini, tak lebih dari buih yang terapung di lautan terombang-ambing tak berarti. Kondisi umat Islam kini terhina hingga musuh-musuh pun tak lagi gentar memperebutkan kaum muslimin layaknya sekelompok pemangsa yang sedang memperebutkan makanan. Bahkan pemimpin kita pun merasa segan dan takut menghadapi para pemimpin dari golongan kaum kuffar dunia barat. Tetapi lihatlah kondisi kita saat ini, kita begitu mencintai pemimpin kita hingga selalu membenarkan semua perkataan dan perbuatannya, memujanya setinggi langit dan membelanya mati-matian.
Sesungguhnya, siapakah yang paling pantas kita cintai? Marilah kita simak firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Katakanlah (wahai Muhammad), “Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”
(TQS Ali Imran: 31)
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah salah seorang kalian beriman sehingga aku menjadi orang yang paling dicintainya melebihi cintanya kepada orang tuanya, anaknya dan semua manusia” (HR Bukhari, Muslim)
Para sahabat telah memberikan keteladanan kepada kita bagaimana kecintaan mereka yang luar biasa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tak ada kisah seindah kisah saat Abu Bakar menyertai Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalanan hijrah ke Medinah. Abu Bakar dengan kesabaran dan keberaniannya senantiasa berusaha melindungi Rasulullah dari segala kemungkinan bahaya yang mengancam keselamatan beliau. Betapa pengorbanan Abu Bakar yang membiarkan kakinya digigit ular berbisa hingga racunnya menjalar ke seluruh tubuhnya demi tidak membangunkan Rasulullah yang begitu dicintainya yang sedang berbaring di atas pahanya. Dan sejarah juga mencatat keberanian Ali bin Abi Thalib ketika beliau menggantikan Rasulullah berbaring di atas tempat tidur dan memakai selimut yang biasa digunakan Rasulullah untuk mengelabui tentara Quraisy yang hendak membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jika kita mengatakan bahwa kita mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sudah selayaknya kita membuktikan seberapa besar kecintaan kita kepada beliau. Bagaimana cara kita membuktikan cinta kita kepada Rasulullah? Berikut empat cara bagaimana kita membuktikan kecintaan kita kepada Rasulullah sebagaimana yang penulis dapatkan dari kajian bersama Ustadz Hilman Rosyad.
Pertama, sebagai orang beriman kita wajib mengimani kenabian beliau. Meyakini bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sesungguhnya hanyalah manusia biasa yang telah dipilih Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai utusan-Nya. Kita melaksanakan syariat Allah dan Rasul-Nya dan menjadikannya sebagai panduan dan tuntunan dalam kehidupan kita.
Kedua, selalu mengikuti dan menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tujuannya adalah agar kita bisa beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga mendapatkan cinta-Nya
Ketiga, mendakwahkan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau memerintahkan kita untuk menyampaikan ajaran beliau karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan agama ini sebagai satu-satunya agama yang benar bagi manusia.
"... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (TQS Al Maidah: 3)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sampaikanlah dariku walau satu ayat.” Hal ini agar setiap mukmin bersegera menyampaikan ajarannya dan berperan aktif dalam segala bentuk aktifitas dakwah. Tidak perlu ada dalih dan mengatakan saya belum sempurna. Tidak pula perlu mengindahkan cibiran orang lain yang menganggap kita belum layak berdakwah karena hanya mengetahui beberapa ayat. Rasulullah memerintahkan kita untuk senantiasa menyampaikan apa yang telah kita pahami dan kita laksanakan. Karena Rasulullah pun tidak menunggu seluruh wahyu selesai diturunkan untuk memulai tugas dakwah beliau. Beliau juga bersabda, “Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.”
Keempat, memperbanyak shalawat atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya" (TQS Al Ahzab: 56)
Betapapun kita mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun kecintaan kita haruslah sesuai dengan aturan dan syariat yang ada. Rasulullah telah mengingatkan dalam sebuah haditsnya,
“Janganlah kalian memujiku berlebihan sebagaimana orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa bin Maryam, aku hanyalah seorang hamba Allah dan Rasul-Nya” (HR Bukhari, Ahmad)
Semoga kecintaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas kecintaan kita kepada semua makhluk akan membuat hidup kita senantiasa tersinari oleh pancaran cinta dan ridha Allah dan Rasul-Nya. Semoga kelak kita dihimpunkan bersama orang yang kita cintai. Aamiin
Wallahu'alam bishawab
eralistyorini.blogspot.com