Oleh: "Tjakra Law"
Suatu malam Eric mendapatkan kabar dari Aulia, klien wanita firma hukumnya dalam perkara perceraian. “Mas, udah tidur ya?” ujar Aulia melalui WhatsApp. Tapi Eric tidak serta merta menjawab pesan tersebut. Agak lama Eric berpikir, “Tumben nih Mbak Aulia WhatsApp malam-malam. Ada apa ya?” ujarnya dalam hati.
Selanjutnya ia berpikir cepat atas perkara perceraian Aulia beberapa bulan yang lalu. Aulia adalah ibu dari dua orang anak yang masih kecil-kecil. Anaknya yang satu masih di kelompok bermain. Sedangkan yang satunya lagi masih kelas dua di sekolah dasar. Sementara Aulia sendiri bekerja di perusahaan swasta yang sangat bonafide. Ibu dua orang anak ini masih terlihat cantik dan sangat memperhatikan penampilannya, meski sudah berusia empat puluh tahun. Hal ini berbanding lurus dengan penghasilan Aulia selama ini selaku vice president di perusahaan perkebunan yang berstatus terbuka.
Pada awalnya, Aulia datang ke kantor hukum Eric atas rekomendasi teman Aulia. “Mas, suami saya, Fahri telah mengajukan permohonan perceraian kepada Pengadilan Agama,” ujar Aulia dengan berkaca-kaca. Seperti biasa, sebagai pengacara muda dan terbiasa menangani perkara perceraian, Eric kemudian berbincang dengan Aulia, mengenai apa dan bagaimana kehidupan perkawinan Aulia dan Fahri selama ini.
Sebagaimana diceritakan Aulia, Fahri sejak awal perkawinan sampai dengan sebelum mengajukan permohonan perceraian adalah seorang pria yang biasa-biasa saja. Baik dari sisi penampilan maupun penghasilan. Aulia dan Fahri bersama-sama menghidupi keluarga dan orangtuanya Aulia. Ibu Rachma lah selaku Ibu Aulia yang membantu dalam mengasuh, serta merawat anak-anak Aulia dan Fahri selama ini dan dibantu seorang asisten rumah tangga di rumah Aulia dan Fahri di kawasan elit Pondok Indah. Adapun ayah Aulia telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu dikarenakan penyakit stroke.
Aulia selama ini lebih banyak mengeluarkan penghasilannya untuk kehidupan keluarganya dikarenakan penghasilan Fahri yang selama ini menjabat selaku manajer hukum di perusahaan ritel terkemuka hanyalah berkisar lima belas juta rupiah. Aulia pun tidak berkeberatan terhadap hal ini dikarenakan ia sangat mencintai Fahri yang selama sembilan tahun ini menjadi suami dan ayah bagi anak-anaknya. Baginya selama Fahri tidak selingkuh dan melakukan pelanggaran komitmen dalam perkawinan, itu sudah lebih dari cukup bagi Aulia.
Begitulah Fahri. Ternyata dengan segenap cinta yang diberikan Aulia selama ini, ia tidak cukup mensyukuri hal tersebut. Karir Fahri yang sedikit demi sedikit melonjak, saat ini ia dipromosikan menjadi Legal General Manager oleh pimpinannya. Fahri pun tidak cukup iman dan mendustai Aulia. Diam-diam Fahri ternyata mempunyai WIL, yakni Novi selaku staf Fahri di kantornya. Gadis manis yang berusia dua puluh tujuh tahun dan selama ini menjadi staf andalan Fahri dalam me-review kontrak-kontrak dan mengurusi perijinan perusahaan terkait notaris dan lainnya.
Aulia mendapati chat dari Novi ke suaminya melalui WeChat. Pesan singkat yang membuat Aulia tercekat lehernya dan tak bisa berkata apapun. “Mas Fahri, aku telat nih….,” begitulah isi pesan yang ditunjukkan Aulia kepada Eric. Kemudian Eric bertanya penegasan, “Hamil maksudnya, Mbak?” Sontak Aulia memerah mukanya dan memandangi Eric yang memang mempunyai wajah yang sangat menarik. “Mmm, aku ga’ tau maksudnya apa, Mas Eric. Karena malam itu aku ga’ bertanya kepada Fahri. Sampai dengan permohonan perceraian diajukan olehnya,” ucap Aulia.
Lantas Eric, bertanya kepada Aulia, “Apa yang Mbak inginkan dari permohonan perceraian tersebut?” Kemudian Aulia berkata, “Aku ga’ mau cerai, Mas! Berapa pun Mas minta, aku akan bayar jasa Mas.” Saat itu, Eric hanya memandang wajah Aulia, calon Kliennya tersebut. Sama seperti malam ini, Eric hanya memandangi selulernya untuk menjawab atau tidaknya WhatsApp dari Aulia.
Akhirnya Eric membalas WhatsApp dari klien wanitanya tersebut. Tentunya dengan balasan yang sopan, mengingat Aulia mengirimkan chat di tengah malam saat orang lain tengah tertidur dengan pulasnya. Eric berpikir bila SMS tidak dijawab, tidak akan menjadi masalah, ia bisa mengelak bahwasanya ia sudah tertidur sewaktu Aulia mengirimkan pesan. Namun permasalahnya adalah Aulia mengirimkan pesan melalui WhatsApp dan akan mengetahui bahwasanya dirinya telah membaca chat Aulia tersebut.
“Ada apa Mbak Aulia? Tumben nih WhatsApp malam-malam. Ada yang bisa saya bantu, Mbak?” demikian balasan Eric. Langsung Aulia typing balasan dari pengacaranya tersebut, “Mmm… Mas bisa ga’ besok ketemuan ma’ aku? Kebetulan besok aku ada di sekitar kantor Mas nih saat lunch,” jawab Aulia. Kemudian demi menyudahi chatting malam itu, Eric menjawab dengan singkat, “Ok, Mbak. Besok berkabar saja kalo sudah dekat kantor saya. Salam.” Yang langsung dijawab oleh Aulia, “Noted with thx, Mas.”