#Tulisan ini adalah bagian kedua melanjutkan tulisan sebelumnya yang berjudul Buah Tangan dari Bali (I).
Setelah penulis selesai mandi di Hotel The Kuta Beach Heritage, maka perjalanan selanjutnya menuju Pantai Pandawa bersama klien. Pantai yang dikenal dengan nama Pantai Kutuh karena terletak di Desa Kutuh, Kuta Selatan. Pantai Pandawa ini masih di sisi Ungasan – Pecatu, di sisi seberang yang berlawanan dari Pantai Balangan. Jalanan menuju pantai ini sudah beraspal dan di sisi kanan kirinya terdapat tebing batuan karst berwarna putih. Aktivitas yang ditemui adalah bermain kano dan paralayang. Terdapat pula patung Pandawa dari cerita Mahabrata (Majalah 3 Sixty Indonesia, Edisi Maret 2014).
[caption id="attachment_328014" align="aligncenter" width="300" caption="EC - Pantai Pandawa dikelilingi batu karst"][/caption]
[caption id="attachment_328026" align="aligncenter" width="300" caption="EC - Pantai Pandawa dilihat dari sisi atas"]
Setelah sampai di Pantai Pandawa, penulis tak lupa mengabadikan beberapa momen yang sayang untuk dilewatkan. Perjalanan pun dilanjutkan ke arah Pantai Jimbaran untuk mengejar sunset dan makan malam. Sesampainya di Pantai Jimbaran, kami pun langsung memesan makan malam sambil menikmati tarian Bali yang dibawakan oleh 2 (dua) orang penari. Ada juga para seniman yang menyanyikan lagu-lagu barat dan beberapa lagu Jepang dikarenakan pada hari itu banyak sekali turis dari Jepang. Intinya, suasana pada malam itu terasa begitu meriah, ramai dan banyak canda tawa yang terlihat dari para pengunjung Pantai Jimbaran. Bahkan ada beberapa turis, baik lokal maupun asing yang bernyanyi dan berjoged bersama dengan iringan para seniman tersebut.
[caption id="attachment_328040" align="aligncenter" width="300" caption="Tertinggal sunset di Pantai Jimbaran"]
[caption id="attachment_328044" align="aligncenter" width="300" caption="EC - Makan malam di tepi Pantai Jimbaran"]
[caption id="attachment_328046" align="aligncenter" width="300" caption="EC - Dua penari Bali menghibur pengunjung di Pantai Jimbaran"]
Setelah selesai makan malam dan berbincang bersama klien, kami menutupnya dengan pergi ke arah Seminyak. Ku De Ta pun menjadi tujuan akhir kami pada hari itu yang terletak di jalan Kayu Aya, Seminyak, Bali. Sebuah restoran dengan pemandangan pantai Seminyak yang indah. Dalam arah perjalanan ke Ku De Ta, ada hal yang terlihat agak berbeda dengan penampilan turis asingnya. Bilamana di sekitar Kuta , kita melihat penampilan turis asing, maka yang terlihat adalah penampilan para turis asing yang agak “cuek” dari cara berpakaiannya. Namun hal ini tidak ditemui di kawasan Seminyak ini, berdasarkan pengamatan penulis, maka penampilan para turis asing di kawasan ini lebih ke penampilan yang “elegan”.
Akhirnya setelah kami sampai di Ku De Ta, kami memesan kopi dan makanan ringan. Obrolan ringan pun dilanjutkan kembali sambil mendengarkan alunan musik dari disc jockey asing. Namun sayangnya musik yang dibawakan adalah classic disco dan bukan trance music sebagaimana favorit penulis. Agak penasaran dengan music yang kurang mendukung tersebut, penulis pun mencoba meminta kepada DJ tersebut untuk memainkan lagu-lagu dari Dash Berlin atau Armin van Buuren. Namun DJ tersebut menjawab bahwasanya di Ku De Ta tidak memainkan trance music sama sekali dan penulis pun kembali ke arah meja dengan perasaan sedikit kecewa. Hehehe. Tak lama di Ku De Ta, penulis pun diantar pulang ke hotel untuk berisitirahat oleh sang klien.
Seperti apa kelanjutan wisata penulis di Bali? Nantikan di artikel selanjutnya.. :)