Mohon tunggu...
Fajar Perada
Fajar Perada Mohon Tunggu... Jurnalis - seorang jurnalis independen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pernah bekerja di perusahaan surat kabar di Semarang, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Money

Janji Swasembada Pangan Jokowi-JK Palsu

17 Februari 2016   18:20 Diperbarui: 17 Februari 2016   18:31 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Setelah dinobatkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, masih tertatih-tatih mewujudkan janjinya. Belum ada prestasi yang menonjol merekan tunjukkan. Terutama di bidang pangan.

Salah satu genbar-gembor janji mereka berdua selama kampanye pilpres lalu adalah di bidang pangan. Salah satu janji muluknya adalah  adalah pemerintah tidak melakukan impor beras setahun penuh. Selain itu pasokan beras tetap ada di pasaran, kendati ada kenaikan harga berkisar 10%.

Menurut Badan Pusat Statis (BPS) kalau produksi beras pada Aram I mencapai 75,55 juta ton gabah kering giling (GKG) tampaknya harus dievaluasi.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman sudah berani mengatakan pemerintah tidak perlu impor beras karena saat ini pasokan sudah mulai bertambah. Sayang pernyataan itu  belum bisa dijadikan patokan kalau Indonesia sudah siap swasembada beras.

Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana dengan swasembada pangan. Dalam enam bulan terakhir, Amran nyaris tak pernah menyinggung soal swasembada pangan.

Ingat, sesaat terpilih menjadi Mentan, ia berani mengumbar janji Indonesia akan swasembada pangan dalam tiga tahun ke depan. Namun yang terjadi dalam setahun pemerintahan saat ini adalah harga beras terus meningkat dan bertahan pada posisi tinggi. Ada kenaikan sekitar 10% harga beras di pasaran. Padahal harga BBM sudah turun, sehingga biaya transportasi tidak lagi menjadi isu yang penting.

"Kalau sebelumnya dikatakan ada kenaikan harga sekitar 10% itu bukan urusan Kementan. Yang kami urus adalah soal kenaikan produksi," ujar Amran, Senin (19/10).

Isu beras dalam satu tahun terakhir tetap seksi untuk diperbincangkan. Setelah setahun pemerintahan, belum terlihat hasil apakah pemerintah saat ini benar-benar sudah berada di jalur yang benar menuju swasembada beras atau tidak. Padahal target waktunya tinggal 2 tahun lagi.

Demikian juga dengan harga daging sapi yang sempat melonjak tinggi dalam setahun terakhir. Pemerintah pun tetap gencar melakukan impor daging sapi, sapi siap potong dan sapi bakalan melalui Bulog dan swasta. Di sini juga tanda-tanda untuk mencapai swasembada daging sapi belum terlihat.

Beralih ke sektor gula, maka tahun ini belum ada tanda-tanda rencana untuk menghentikan impor gula. Memang pemerintah sudah menurunkan kuota impor gula. Bahkan pada Maret 2015, saat musim giling tebu tiba, Jokowi malah memutuskan untuk mengimpor gula. Kebijakan ini jelas menyakiti hati petani tebu yang menantikan janji Jokowi menghentikan impor gula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun