Presiden Joko Widodo dan Esemka memang cukup melekat karena rekam jejak masa lalu. Digagas pada 2007, dan mulai dikenal luas sejak 2009 setelah dipamerkan pada sebuah acara pameran di Kementerian Pendidikan Nasional, nama Esemka mulai melambung setelah dipakai Jokowi pada 2012.Â
Jokowi yang saat itu menjabat wali kota Solo pada periode keduanya menjadikan Esemka Rajawali sebagai kendaraan dinas wali kota dan wakil wali kota Solo.
Dalam seremoni peluncuran Esemka pekan lalu itu Direktur Utama PT SMK Eddy Wirajaya menegaskan bahwa Esemka bukanlah produk mobil nasional.Â
Pernyataan itu disampaikannya langsung dihadapan Jokowi dan beberapa menteri yang hadir, di antaranya Airlangga Hartarto. "Kami tegaskan kembali bila mobil yang kami produksi bukanlah mobil nasional seperti yang dipahami kebanyakan orang selama ini. Lebih tepatnya, mobil ini buatan Indonesia, karya anak bangsa," demikian ditegaskan Eddy Wirajaya.
Esemka dikelola murni oleh pihak swasta nasional. Tidak ada campur tangan pihak asing mau pun pemerintah untuk urusan fasilitas dan sebagainya. Penegasan tersebut sekaligus sebagai bantahan atas tudingan adanya pemberian perlakuan khusus oleh pemerintah. Esemka diproduksi sesuai regulasi.
Esemka konsisten untuk memanfaatkan dan mengembangkan tenaga ahli anak bangsa yang diambil dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jateng.Â
"Adik-adik lulusan SMK secara langsung kami seleksi untuk terlibat dalam proses produksi Esemka. Mereka adalah anak bangsa yang ingin membuktikan bahwa mereka sanggup berkarya dan mengharumkan nama bangsa," kata Eddy Wirajaya.
Intisari apa yang bisa diambil dari keberadaan resmi Esemka dan keluhuran cita-cita almarhum BJ Habibie? Salah satunya adalah, kesamaan antara visi Habibie dan Presiden Jokowi dalam mengandalkan kemampuan anak-anak bangsa dan karya-karya mereka.
Nilai-nilai pendekatan teknologi Habibie dalam membangun negara tak akan lekang oleh waktu. Kinerja Presiden Joko Widodo mampu mewujudkan nilai-nilai tersebut.
Pendekatan teknologi untuk kesejahtraan merupakan filosofi yang relevan untuk terus dilanjutkan. Dalam pandangan Airlangga Hartarto, Presiden Jokowi mampu mewujudkan di periode pertama pemerintahannya dengan pembangunan infrastruktur, hilirisasi mineral, dan difasilitasinya merek nasional dalam berbagai produk manufaktur nasional. Ekosistem teknologi dibangun, seperti digital ekosistem, revolusi industri 4.0.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H