Ketika masih tinggal di kampung,satu hal yang wajib dihafal remaja yaitu Doa Bapak Kami dan Pengakuan Iman. Biasanya sebelum meninggalkan kampung halamannya selepas SMU adalah telah di sidi gereja setempat. Sebagai penganut Kristiani hal ini tentu aku lakoni walaupun pemahaman agamaku  sangat minim ketika itu.
Pada tahun l981,aku bertugas di salah satu kecamatan/distrik di Pulau Numfor jelasnya Kecamatan Numfor Timur yang merupakan pulau yang berhadapan langsung dengan Lautan Pasifik merupakan wilayah Kabupaten Biak Numfor(dulu Kabupaten Teluk Cenderawasih). Masyarakatnya terbilang homogen dari segi sosial dan kepercayaan. Namun satu hal yang mengagumkan adalah kondisi masyarakat sangat aman dan harmonis serta pola keberagamaannya sangat nampak. Setiap pagi sekitar jam 5 pagi,masyarakat masuk ke gereja selama 15 menit sampai 30 menit untuk berdoa. Lepas jam 6 pagi masyarakat ke ladang atau melaut sementara anak2 bersekolah. Saat itu disana ada sebuah mesjid utk melayani umat islam yang berjumlah 5 KK. Mereka tidak pernah terusik atau dilarang beraktivitas. Kendatipun begitu, dari Kecamatan ini jelasnya Kampung Yenmanu berasal tokoh/pentolan OPM Awom yang terkenal beroperasi di Daratan besar Papua.
Suatu ketika aku kedatangan tamu dari Provinsi/kantor Gubernur yaitu Lisias Rumbiak Asisten II Sekretaris Daerah Provinsi Papua(dulu Irian Jaya)dan bermalam dirumah. Karena pada saat itu, aku masih belum berkeluarga, untuk makan beliau ,masyarakat yang menyediakan, tentu dengan tanggungjawab kecamatan.Selama 2 malam keberadaannya disini,pagi2 benar jam 5 pagi beliau keluar dan pergi ke gereja berdoa. Karena merasa malu,pada pagi kedua sebelum beliau pulang,aku pun ikut ke gereja tanpa beliau pernah berkomentar apapun.
Pembelajaran pertama seorang pimpinan yang tanpa berkata kata  tetapi memberi contoh. Wilayah ini pantainya hampir semua ditumbuhi Kelapa masyarakat yang hasilnya akan dijual ke Manokwari atau kota Biak. Diantara kelapa2 itu ada yang merupakan bagian/areal yang diserahkan hasilnya ke gereja tanpa diawasi gereja. Ketika suatu saat aku bertanya kemasyarakat, kenapa biji2 kelapa itu belum diambil?  jawabnya areal yang hasilnya sudah di nazarkan ke gereja. Lalu apa itu nanti tidak diambil orang? jawabnya, pak tempat itu tidak perlu polisi sebab disana ada Tuhan. Akupun terdiam,rupanya kalau sudah bernazar(janji) tidak perlu ada keraguan.Pembelajaran kedua bahwa nazar(janji)tidak boleh dilanggar dalam kondisi apapun.
Dalam peristiwa lain,ada program resetlement,pemukiman kembali masyarakat dari tepi pantai(diatas air laut) ke daratan berjarak 100 meter dari pantai yang sudah dibangun rumah,puskesmas,wc,air bersih( masyarakat mengambil air bersih naik perahu ke darat).Tetapi masyarakat tidak mau pindah ke lokasi.Jawaban masyarakat ,mereka tidak mau sebab faktor sejarah dan alasan nyamuk penyakit malaria serta gereja masih ada di lokasi.Gereja ini berdiri diatas batu2 karang yang ditimbun yang luas arealnya sekitar 20x20 m.Sehingga walaupun air pasang,gereja tetap aman.
Seorang mantri kesehatan kecamatan memberi jaminan akan terus mengontrol penyakit malaria.Karena hampir satu tahun belum ditempati,lalu aku berusaha mengeluhkan hal itu ke Ketua klasis GKI Pdt Mentansan(asal Sorong).Pembelajaran ketiga,jangan menganggap diri berkuasa tetapi lebih memahami tugas memfasilitasi.Mereka pun pindah dengan pengucapan syukur atas upaya intervensi Pendeta Mentansan.Tuhan memang sudah memfasilitasi manusia,tinggal manusia bagaimana menggunakan fasilitas itu.Jadi ketika baru2 ini ada berita dari Tim penasehat Hukum Prabowo-Hatta yang mengatakan bahwa pemilih Jokowi adalah yang bersimpati ke OPM dan beragama Nasrani,akupun heran kenapa kepentingan politik, anda mengaitkan dengan agama.Mengapa anda menarik orang Papua membenturkan dengan agama.Apakah ke Papua anda pergi berkampanye?Bukankah Jokowi pertama berkampanye ke Papua dan menjanjikan pembangunan pasar2?Perlu diingat dalam ajaran yang saya pahami di Bible,katakan ya diatas ya,tidak diatas tidak,diluar itu adalah dari si jahat.Percayalah bila nanti Nazar Jokowi tidak dipenuhi,merekapun akan mengatakan tidak pada Jokowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H