Setiap Hari Selalu Berjalan Tak Membebaskan
Puisi : Edy Priyatna
Tirta tunasku telah banyak terkuras
memandikan orang fakir
menggadai nyawanya di tempat sampah
air mataku sudah mulai mengering
untuk saudaraku di negeri timur
bagi busung lapar di tanah sendiri
menderita karena hartanya direnggut
kawanku tolong tatap raut muka ini lihat dada nan lapang
Sinar tajam mata hati sahut suara dari mulut
semua kumiliki masihkah ada aku kepadamu
memakai roh kehidupan nan menjiwai
bersimpuh tiada henti guna kehidupan lebih baik
dengan segala keikhlasan senantiasa berkah dari sang pembina
sekarang negeri itu tidak lagi memiliki pagi
karena disini esok tak pernah mesti
kusut mukaku tak ada lagi nan tersisa
Segenap untuk meratapi isi kotaku
karena sudah terlalu lama menanti
janji nan tak kunjung datang tetapi rasa itu tiba sirna
di ujung waktu ini ingin rasanya menciumi telapak para pemimpin
karena telapaknya terlalu halus dan bersih
sementara para tukang pembuang sampah
telapaknya mengelupas kasar dan kotor
setiap hari selalu berjalan tak membebaskan
(Pondok Petir, 05 Mei 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H