Setiap Hari Selalu Berjalan Tak Henti Nuraniku Berkata Cium dan Menangis
Puisi : Edy Priyatna
Demi terjaga aku merunduk sedih karena tak mampu melakukan segala melanda malah berpikir menjanjikan lahan investasi sepanjang sangkala ujian masuk ke anak jenius lulus diterima dengan baik sejarah indonesia apa-apa hanya tangis tertumpah bersama doa berharap melihat mu lagi kembali bangkit bendera mu seluruh berkibar tinggi senantiasa mewangi
Nestapa ku tidak untuk negeriku walau sekarang ini masih terus di uji air air mata sudah banyak terkuras terketuk memandikan orang-orang fakir menggadai nyawanya di tempat sampah air mataku sudah mulai tumbuh meringkai untuk saudara ku negeri timur bagi busung lapar di tanah nya sendiri menderita karena hartanya dirampas capailah meratap untuknya
Semasa datuk datang menjemput demi menolak dengan alasan di sana tak ada mata pelajaran sejarah indonesia saya orang indonesia katanya tegas bagaimana aku akan menjadi Indonesia kalau tidak pernah belajar sekarang kami merasa telah berbeda kau bagaikan dewa membunyikan karena sudah terlalu lama menanti janji-janji tak kunjung datang di ujung
Murungku tak ada lagi tersisa tertinggal semua untuk meratapi negeri ku dewasa ini ingin rasanya menciumi telapak para pemimpin tetapi rasa itu tiba-tiba gaib karena telapaknya terlalu nian halus dan bersih sementara para tukang pembuang sampah telapaknya mengelupas kasar dan kotor setiap hari selalu berjalan tak henti nuraniku berkata cium dan menangis
(Pondok Petir, 09 Maret 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H