Lega saat hati ini terdiam terdengar suara adzan bergema membimbing kami menuju langgar desa untuk bersujud kepadanya membuat seluruh jiwa tenang dan besar itu pusara lalu karena tak tahu se sama manusia
Senun terdengar banyak keluhan sesalan perut-perut kosong bernyanyi keroncong tanpa di sadari secara perlahan di nikmati pemilik perut-perut gentong sambil berkata bersabarlah dan semua akan kebagian ternyata
Bukanlah bohong secara pesat para simpatisan telah kebagian nyanyian lalu aku tiba saat fajar menggugurkan kembang semua jalan masih rata dalam remang aku berdiri tegak tanpa bergerak ternyata gumpalan batu
Bukit merdeka telah kita naiki rintangan perjalanan menuju cahaya acan masa depan kita semua puncak kebahagian dan irama musik keroncong tirai keikhlasan merubah kehidupan selalu suka akan kebencian dendam
Kelelahan berpikir selaku menjadi beban hati sehingga tangispun hampir tak berharga ribuan peluh terwujud jutaan kata memberontak membelah kedengkian cemburu hingga menimbul kan tidak menyukai terhadap pas
(Pondok Petir, 27 Maret 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H