Durinya Menjalar pada Ranting
Puisi : Edy Priyatna
Penjurunya amat tajam
diasah goresan hitammu
menusuk dan membakar dengan gemas
membuat kobaran api sepi menjadi kelam
Dimana dalam waktu beberapa detik
pada tengah hari bolong
tak dapat menghindar kecelakaan
jiwa masih meringkuk lemah di rumah sakit
Mereka masih berjuang untuk hidup
telah banyak buku aku baca
hampir tak ada nan terlewati
namun masih belum pernah selesai
Karena setiap detik selalu terlahir kembali
dari rahim-rahim para penyair
dan perut-perut para ilmuawan
mengikuti perjalanan matahari
Ketika saja kubenam rindu ke dadamu
demi malam membelah senja
goresan kehidupan kuning jingga kemerahan
juga warna kenangan ada di matamu
Kala menjadi bunga dalam mimpi
durinya menjalar pada ranting
tak ada tangan-tangan nan datang
hingga tak terpetik lagi
(Pondok Petir, 15 Pebruari 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H