Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Apalagi Tak Punya Mentari Hanya Ilusi Mimpi

22 Desember 2019   10:03 Diperbarui: 22 Desember 2019   10:05 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi : Edy Priyatna

Senyawa titik beratku masih banyak tertinggal. Akan tetapi tetap bukan untuk nagariku. Sebaliknya akan aku simpan diwadah. Demi untuk memberi minum anak. Pandai ahli sampah diperempatan jalan. Berburu makan pada tutup botol berkayu. Dan botol plastik bekas minuman.

Sebagiannya akan kugunakan membasuh. Jasmani tembuniku nan terbanjur bencah langka. Selamanya menyembur akibat ulah orang besar tamak. Lembaran keliling baru segera tiba. Bereskan dengan isi jangan sampai kosong. Maksud perjuangan harus selalu ada dan terus membara. Atas kata pendongeng ada sebuah nagari impian.

Terbukti kota ini sudah tak punya kamar. Apalagi tak punya mentari hanya ilusi mimpi. Para penguasa menutupi kebesaran sendiri. Menghayati sedihku bukan untuk nagariku. Orang besar berdasi telah tak pernah peduli. Sementara itu lingkungan selalu bersih. Mulai usia muda hingga beranjak menua.

Meskipun sekarang ini masih terus dites. Pakar kotoran tetap tidak berubah. Walakin nagariku semakin tergadai. Merupakan rebutan dalam bursa kuasa. Pembesar lalu jadi boneka pajangan etalase kapitalis. Sesudah musibah datang melanda. Justru berpikir menjanjikan lahan penanaman.

(Pondok Petir, 30 Nopember 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun