Aliran udara malam ini secantik rembulan. Wulan menjenguk bumi tatkala sampai. Datang membawa pewangi wanita raut wajah. Bentuk semua tercipta karena keinginan. Niat saat inginku tak bisa seakan tak sanggup. Celah unggaspun bernyanyi dipepohonan. Adalah nyanyian bumi kaya megah. Sudah letihkah kau melindungi kami. Maka kita pemiliknya pasti beruntung.
Sukses karena isi alam ini anugerahnya. Rahmat kita selalu bersyukur ikhlas kepadanya. Musim tersedia waktunya kita mengenal lemah. Tatkala terjaga aku merunduk sedih. Sedu karena tak mampu melakukan apa. Belaka hanya tangis tertumpah bersama doa. Zikir berharap melihat kembali bangkit. Bangun benderamu selalu berkibar tinggi. Keras senantiasa mewangi sepanjang masa.
Semoga bumi langit senantiasa damai. Lembut bukan larut dalam kekalahan. Kejatuhan ada saatnya kita mengenal kuat. Mahir bukan larut di dalam keragu-raguan diri. Bangkit tegak suatu saat pastikan datang. Rukun sejahtera serta bahagia karenanya. Kita tak mungkin lagi akan selalu penuh rasa. Senang karena kita akan terbang berencana. Menerawang membelah langit serta udara.
(Pondok Petir, 30 September 2019)
Puisi : Edy Priyatna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H