Puisi : Edy Priyatna
Biram suci bersih hingga jingga daunnya. Patera hijau sepanjang ketika kurun waktu. Selagi wanginya tak lekang oleh peluang. Batas selalu cantik karena beronak bersusuh. Saat bersungga udara bersuhu rendah. Tentu akan mendatangkan rasa gemetar.
Waktu musim ini aku tak dapat kembali. Berhubung telah terlalu jauh memasuki batin. Lubuk hati tanpa tahu dimana akhirnya. Alias hingga waktu tiada kita dan jangan kita. Hamba selalu ingat semangatmu. Ketika susur tanganmu masih mampu. Menggenggam dan mencengkeram jantung. Sentral berdetak hati berderakderak.
Teriakan satu tekad kebulatan hati. Ketetapan hati merdeka atau mati. Sekarang ini waktunya menampilkan laga. Serang pada hamparan tanah tumpah. Mencurah darah kita tanah air bangsa. Terus maju selangkah demi selangkah.
Solidaritas untuk bangkit timbul kembali. Balik kibarkan bendera merah putih. Ihram sudah membebani otakku terus. Terukir dalam hati mendatangkan rasa.Menggigil terai kenapa menjadi lupa. Kepada diri melayang terbang tak melihat. Menatap mata rasa sehingga mati rasa. Serta kuteteskan rasa haru onar tersentuh.
(Pondok Petir, 21 September 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H