Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Solidaritas untuk Bangkit Timbul Kembali

6 Oktober 2019   09:13 Diperbarui: 6 Oktober 2019   09:33 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna

Biram suci bersih hingga jingga daunnya. Patera hijau sepanjang ketika kurun waktu. Selagi wanginya tak lekang oleh peluang. Batas selalu cantik karena beronak bersusuh. Saat bersungga udara bersuhu rendah. Tentu akan mendatangkan rasa gemetar.

Waktu musim ini aku tak dapat kembali. Berhubung telah terlalu jauh memasuki batin. Lubuk hati tanpa tahu dimana akhirnya. Alias hingga waktu tiada kita dan jangan kita. Hamba selalu ingat semangatmu. Ketika susur tanganmu masih mampu. Menggenggam dan mencengkeram jantung. Sentral berdetak hati berderakderak.

Teriakan satu tekad kebulatan hati. Ketetapan hati merdeka atau mati. Sekarang ini waktunya menampilkan laga. Serang pada hamparan tanah tumpah. Mencurah darah kita tanah air bangsa. Terus maju selangkah demi selangkah.

Solidaritas untuk bangkit timbul kembali. Balik kibarkan bendera merah putih. Ihram sudah membebani otakku terus. Terukir dalam hati mendatangkan rasa.Menggigil terai kenapa menjadi lupa. Kepada diri melayang terbang tak melihat. Menatap mata rasa sehingga mati rasa. Serta kuteteskan rasa haru onar tersentuh.

(Pondok Petir, 21 September 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun