Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menahan Tangis Biarkan Air Mata Jatuh

12 September 2019   07:55 Diperbarui: 12 September 2019   10:07 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi : Edy Priyatna

Sempurna indah amat semu aku menghampiri. Berjejak dirimu membuka pintu hayatku. Adalah merupakan sebuah makna persahabatan. Kemudian teruskanlah perbuatan langkahmu. Sepak terjang jangan kau hentikan. Tanpa kau pikirkan dimana ujung akhir perjalanan.

Pengasuh tumpang rasa itu padamu. Kendati tak ada gelap menderita dalam batinku. Supaya agar selalu ada nyanyian kalbu. Meski walau langit tak pernah ada. Bersama tetap terang benderang cemerlang. Tak pernah merah dan tak pernah putih. 

Seterusnya berikut gerakku menjadi lamban. Penahan kaki bagai tak berpijak langkahku. Kiprah tak searah lagi mendadak terhenti. Engkau jalan menghampiri swasembada. Bertanya makna rindu tiada suara. Jingga menjelang ada sarat kesentosaan.

Belacak kedamaian disini kau pasti tahu. Pemandangan uraian indah tanpa kata. Bentala bumi lenyap menguap terbang. Nila biru hati tapi dengan sukarela. Sembarang rela doakan aku kembali lagi. Menahan tangis biarkan air mata jatuh. 

(Pondok Petir, 28 Agustus 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun