Puisi : Edy Priyatna
Bersediakah menunggu barang sejenak. Mengapa kau tak menjawab pertanyaanku. Goresanmu telah melingkari hati. Melepas semua rindu pada malammu. Dibiarkannya langit hitam nan kosong. Bayangmu biaskan jiwa nan tenggelam.
Aktivitas jiwa ini mulai ringkih. Setelah lewat melangkahkan kaki dan penahan. Pada tengah malam tak bergairah. Akhirnya semua rindu pada malam itu. Tumbuhan sayur lalap tak bersuara. Ketika dia datang hampa udara.
Kemudian menunda turunnya hujan. Dibiarkannya lembar goresan beku. Seraya dengan setangkai pena kaku. Tercatat dan ternoda tajam dalam sajak. Menusuk permulaan dada nan sesak. Kendatipun matahari melumat tubuh.
Memancarkan siar cahaya pendar. Beramanat damai di dalam ramai. Atas segala bentuk isi jantungmu. Sambil menghitung dengan pasti. Panggilan nan mampir di ruang diri. Kematian bukan sekedar kepindahan.
(Pondok Petir, 31 Juli 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H