Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bersarang ke Lubuk Hati nan Gelisah

8 Agustus 2019   07:25 Diperbarui: 11 September 2019   07:33 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi : Edy Priyatna

Sebuah realisasi kehidupan berjalan. Suka duka selalu bersedia. Dalam cerah membentang mega kelabu. Serius saat kegembiraan ada kesusahan. Berarti suka terbesit kesengsaraan. Kaki tidak dapat digeraki. Tetapi hidup tidak untuk disesali.

Semesta terkadang tak seindah terlihat. Biru hitam selalu bersiap. Dalam gulungan kerap mangsai. Seraya senyum besar para pengarah. Ada tangisan kecil orang biasa. Saat epidemi tiba dari muka hingga ke batas. Pada itu pula penyelewengan naik ke permukaan. Hati ini ingin menjerit.

Suara hidup selalu ramahpun menjadi murka. Sejuk membara selalu berwaspada. Dalam gelap tangannya berbakat. Tatkala menuntut rasa kemanusiaan. Penuh perjuangan hidup hingga mati. Setiap bala bantuan datang bagi penduduk. Kelangsungan berjalan amat perlahan. Saat itu pula kebahagiaan pengurus tiba. Bersarang ke lubuk hati nan gelisah.

(Pondok Petir, 24 Juli 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun