Puisi : Edy Priyatna
Sebuah realisasi kehidupan berjalan. Suka duka selalu bersedia. Dalam cerah membentang mega kelabu. Serius saat kegembiraan ada kesusahan. Berarti suka terbesit kesengsaraan. Kaki tidak dapat digeraki. Tetapi hidup tidak untuk disesali.
Semesta terkadang tak seindah terlihat. Biru hitam selalu bersiap. Dalam gulungan kerap mangsai. Seraya senyum besar para pengarah. Ada tangisan kecil orang biasa. Saat epidemi tiba dari muka hingga ke batas. Pada itu pula penyelewengan naik ke permukaan. Hati ini ingin menjerit.
Suara hidup selalu ramahpun menjadi murka. Sejuk membara selalu berwaspada. Dalam gelap tangannya berbakat. Tatkala menuntut rasa kemanusiaan. Penuh perjuangan hidup hingga mati. Setiap bala bantuan datang bagi penduduk. Kelangsungan berjalan amat perlahan. Saat itu pula kebahagiaan pengurus tiba. Bersarang ke lubuk hati nan gelisah.
(Pondok Petir, 24 Juli 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H