Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Untuk Sebuah Keinginan Mulia

6 Agustus 2019   09:26 Diperbarui: 11 September 2019   07:34 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi : Edy Priyatna

Setelah saat kutatap matamu. Tergambar ada cinta tertahan. Menanti indikasi luapan mendung. Tanpa terucap peluklah daku. Leburkan aku dalam hujanmu. Sebuah kebimbangan di depan pintu hati. Ketika kita memegang lilin. Masih tengah terkunci rapat. Kolaborasi akhir waktu lalu.

Waktu itu aku tahu kau tak tahu. Telah datang rintik kesejukan. Rebah terbaring diatas mega kelabu. Tertahan turun oleh kegalauan. Dalam benak nan kacau. Sebuah kebodohan ketidaktahuan mendebarkan. Membuat sirna rasa sakit. Lama membenam tahun lalu. Sebelum pertemuan itu tiba kemarin.

Kesempatan akhirnya beruntus air berjatuhan. Terasa deras hati ini tersiram. Ketenangan telah menyelimuti. Jiwa nan terbanjiri kehangatan. Oleh tujuh pasang mata indah. Sebuah kenangan cinta abadi. Takkan bukan terlupakan selamanya. Maktub pada langit biru. Untuk sebuah keinginan mulia

(Pondok Petir, 22 Juli 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun