Puisi : Edy Priyatna
Setelah saat kutatap matamu. Tergambar ada cinta tertahan. Menanti indikasi luapan mendung. Tanpa terucap peluklah daku. Leburkan aku dalam hujanmu. Sebuah kebimbangan di depan pintu hati. Ketika kita memegang lilin. Masih tengah terkunci rapat. Kolaborasi akhir waktu lalu.
Waktu itu aku tahu kau tak tahu. Telah datang rintik kesejukan. Rebah terbaring diatas mega kelabu. Tertahan turun oleh kegalauan. Dalam benak nan kacau. Sebuah kebodohan ketidaktahuan mendebarkan. Membuat sirna rasa sakit. Lama membenam tahun lalu. Sebelum pertemuan itu tiba kemarin.
Kesempatan akhirnya beruntus air berjatuhan. Terasa deras hati ini tersiram. Ketenangan telah menyelimuti. Jiwa nan terbanjiri kehangatan. Oleh tujuh pasang mata indah. Sebuah kenangan cinta abadi. Takkan bukan terlupakan selamanya. Maktub pada langit biru. Untuk sebuah keinginan mulia
(Pondok Petir, 22 Juli 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H