Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mendatangi Batas Rinduku

8 Juli 2019   06:46 Diperbarui: 8 Juli 2019   06:53 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna 

Di lembah sorot matahari kita berteduh. Di tempat atas badai kita bertahan. Di batin hati sebuah kehendak dan keyakinan. Suasana itu laksana kapal berlayar. Tak mudah dapat terbayangkan. Tidak akan pernah tahu. Ada terpendam ombak menghamtam. 

Bicara suara deras hujan dalam sajak. Tumpahan curahan hati mungkin perih. Bentala tanah di gali terangkat dari dalam. Disiplin ilmu nan tak kan pernah selesai. Walau pagi maupun musim berganti. Sisir ratap nan pengap itu terserempak. Harap kehilangan batas waktu.

Tentang berkenaan suasana gelap. Biarpun meski tanaman pohon tumbang. Badai tergolek membelah bumi. Sepanjang masa tetap kutatap malam. Sebentuk terang mentari terbang. Mendatangi batas rinduku. Menderita masih tetap terawat.

 

(Pondok Petir, 23 Juni 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun