Puisi : Edy Priyatna
Pangkalnya seperti tak terjadi apa-apa. Waktu itu senja mulai datang. Serta bersama mega hitam. Telah usai masuk musim penghujan. Bicara kata orang oknum di sini. Sudah tentu mestinya ada hujan. Namun nan tiba hanya angin. Lenggaklah nagari ini dengan matamu belantara. Belaka orang menjadi malu karena ulahmu.
Sebentar lagi pasti akan rusak berantakan. Menjadi sasaran bangsa lain. Paling sekali lagi bukalah mata hatimu. Bergerak keluar kencang sekali. Sebelum azab mendatangi dirimu. Berserta dengan kecepatan tinggi. Hingga merobohkan apa saja. Tempat tinggal papan reklame. Asal mula pohon kayu tanaman.
Akhirmu berada di ujung samudera. Berputar membawa suhu panas. Membuyarkan halau awan hitam. Bangunan cungkup rumah penduduk. Saat ini kau masih perkasa. Tak dapat membentuk hujan. Ada perbaikan dan perubahan. Kadang mendadak langit menjadi gelap. Selanjutnya hujan lepas sangat lebat.
(Pondok Petir, 26 Maret 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H