Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mendatangi Batas Rinduku

24 Maret 2019   11:32 Diperbarui: 24 Maret 2019   11:37 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi : Edy Priyatna 

Dasar sorot matahari kita bernaung. Atas badai kita bertahan. Tatkala sebuah kehendak dan keyakinan. Suasana itu laksana kapal berlayar. Tak mudah dapat terbayangkan. Jangan kagak akan pernah tahu. Ada ombak menghamtam. 

Pernah deras hujan dalam puisi. Curahan hati mungkin perih. Tanah digali terangkat dari dalam. Ilmu nan tak kan pernah selesai. Walau pagi maupun musim berganti. Sisir ratap nan pengap itu terserempak. Harap kehilangan batas waktu.

Berkenaan akan suasana gelap. Meski tanaman pohon tumbang. Gelora badai membelah bumi. Tentu tetap ku tatap malam. Sebangun terang mentari terbang. Mendatangi batas rinduku. Sengsara menderita masih tetap terawat. 

(Pondok Petir, 18 Maret 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun