Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mendung Putih di Langit Biru

8 Maret 2019   10:08 Diperbarui: 8 Maret 2019   10:37 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna

Seumpama anugerah itu gemuruhkan dada. Getarkan raga luruhkan jiwa. Sudahkah pernah menjelma. Dalam langkah sehari keadaan. Pada amal ibadah amalan. Saat langit mengukir gelap. Berhias lembayung di ufuk sana. Aku rasakan hentakan malam menyelimuti. Namun konon agaknya hitam dindingnya. Panjang pilih kasih membentang.

Ketika bicara celotehan tentang sukma. Sulit untuk kita tafsirkan. Benda sesuatu nan tersurat. Gerangan pula tersirat. Kita tidak tahu itu. Hingga aku tak dapat memelukmu. Kepada cakrawala langit ku katakan. Pada malam ku dongengkan legenda. Betapa sarat hati ini berisi ingin. Sungguh penuh jiwa tertanam angan. 

Sekiranya nyalakan api cinta. Mengenal dekat diri sejati. Resah itupun menggigit. Sekali membara berkobar gejolak jiwa. Arwah sukma nan nyata. Sesudah waktu tersisihkan akan sedih. Hanya karena sahabat aku duduk. Menanti di saung sawah hijau. Berharap besok ketika membuka buku. Mendung putih di langit biru.   

(Pondok Petir, 03 Maret 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun