Puisi : Edy Priyatna
Kemarin orang berdiskusi. Di sebuah kamar besar. Bicara tentang kado untuk esok hari. Buat kesayangan mereka. Sebagai ungkapan rasa. Kedudukan ini aku pergi ke desa. Membawa pesan dari sahabat. Kabar gembira dari semesta. Di kala langit sedang berwarna-warni. Mendarat mampir di ruang diri. Semua tercipta karena keinginan.
Keterangan terima kasih. Mereka semakin hebat. Membahas dengan debat. Saling berteriak berkelit berebut ambisi. Ketika malam mulai larut. Ketika inginku tak bisa. Seakan tak sanggup meraih jauh. Takkan pernah kembali lagi. Lapisan bianglala indah. Kemudian air jatuh membawa nasihat. Memberi kekuatan penuh semangat.
Keadaan tengah cerah merekah. Sang kota tersenyum mendengarkan. Merubah wajah menjadi haru. Tatkala terdengar suara satu mereka. Berharap besok orang akan terkejut. Bersahaja hujan dalam bulan. Tanpa kalian sesali diriku. Mohon agar kalian pahami ini. Aku belum menginginkan kalian saat ini. Namun jika aku telah membeku. Kalian pasti tahu bahwa aku telah tiada.
(Pondok Petir, 06 Pebruari 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H