Puisi : Edy Priyatna
Sendi tangannya amat tajam. Di asah goresan hitammu. Menusuk membakar dengan gemas. Siapa terdahulu di lahirkan. Membuat kobaran api sepi menjadi kelam. Telah hampir setahun bersamamu. Setiap hari selalu kalian robek diriku. Atau anggap saja aku makhluk lama.
Wahai sahabat sehati. Agar membangkitkan gairah. Pencinta nusa bangsa. Ketika ini warnanya telah berubah. Terasa deras hati ini tersiram. Ketenangan telah menyelimuti. Jiwa terbanjiri kehangatan. Oleh sepasang mata nan indah.
Setakat membuatku terjaga. Bagai tak memiliki cermin untuk introspeksi. Sahabat sejawat seruang. Bangkit dari keterpurukan. Sadar bila membiarkan emosi. Lalu akan segera beranjak pergi. Sebuah kenangan rindu lestari. Takkan terlupakan selama-lamanya.
(Pondok Petir, 05 Pebruari 2019)