Puisi : Edy Priyatna
Demi saat bertemu kita masih terasa asing. Tak ada rasa selain dukaku melangkah di jalan itu. Bulat polos tidak terselubung. Bergerak lemah sedih seperti gagal. Kami hanya ingat ketuhanan maha esa. Walaupun banyak perbedaan. Ingat sedikit kemanusiaan. Kendati masih belum adil dan beradab. Awak juga ingat persatuan.
Berdiam diri dalam kekecewaan. Membelenggu diri telah bergulat keras. Pada desa negeriku ini akan ku bangun rumah. Di semai dari banyak pohon hingga tumbuh bunga indah. Sepotong senyum perih di tanam. Dari kabar orang di sawah. Sungai kerontang kelam menghitam. Tubuh menggigil penuh rasa takut. Langit cerah terlihat tiada ingin tumpah.
Selaku sajak kau di bunuh kehampaan kebodohan. Membuat jiwa bergetar. Waktu ini sorot mataku tak berkedip menatapmu. Serasa ada benda tajam mengalir dalam darah. Selang banyak nan bercerai berai. Tidak mengerti kerakyatan. Saat ini di pimpin oleh wakilnya. Mulai benci keadilan sosial. Sekarang telah hilang satu demi satu.
(Pondok Petir, 31 Januari 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H