Puisi : Edy Priyatna
Kembangmu amat harum. Bergerak masuk ke semua urat nadiku. Meleleh keseluruh napasku. Tak pernah ku pikirkan luka. Tersadar dari keterpurukan. Dari sebuah permainan emosi. Setiap bunyi huruf nan ku baca. Tak lain hanya angan belaka.
Melekatkan hasrat di atas langit. Sungguh sangat mengherankan. Tak jemu mata ku melihat diri sendiri. Sementara anak jentera tangan terus menari. Kenyataannya pada hamparan. Bumi indah nan luas bebas. Warnanya sudah sangat sirah bening. Di balik kepekatannya tersirat jelas.
Dakwah memekik keberanian suci. Membanggakan segala hati. Saudara tetap menyimpan riwayat. Pada pintu gerbang kecil. Sesuatu senantiasa telah terhunus. Mengalir cairan pekat berwarna putih. Sebagai keterbukaan pengejaran. Dapat membuat mati apa saja.
(Pondok Petir, 15 Januari 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H