Puisi : Edy Priyatna
Situasi langit mulai mendung. Aku terpaksa duduk sendiri. Bermunajat mohon ampunan. Berdoa agar nan ku harapkan. Belum berpaling dariku. Langit tak biru lagi. Burung mulai enggan terbang. Angin diam tak bergerak desirnya sirna.
Begitu ku buka lembar demi lembar. Halaman pertama hingga halaman terakhir. Ku lihat dengan mata hati. Kerap ku nikmati rangkaian katanya. Ku kunyah tanpa gigi. Ku telan secara perlahan. Semua makna dan arti. Lalu ku minum air manfaat.
Semenjak ku benam rindu ke dadamu. Waktu malam membelah senja. Goresan kehidupan kuning jingga kemerahan. Juga warna kenangan ada di matamu. Aku coba mulai menghitung. Langkah nan tak berjejak. Tak ku temui para sahabat. Akan memahami dalam kehidupan ini.
Senggat memancarkan sinarnya. Hutan kian gundul. Tanaman pohon bertumbangan. Para satwa menjadi tuna wisma. Ranting kering tubuhnya kandas. Rembulan sedikit redup. Malam makin pekat. Padahal mentari tak pernah berhenti bersinar.
(Pondok Petir,01 Januari 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H