Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Meskipun Semuanya Tak Pernah Nyata

24 Desember 2018   08:01 Diperbarui: 24 Desember 2018   08:11 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.twgram.me

Puisi : Edy Priyatna

Menjalankan sepak terjang ke depan. Sebagai nasionalis sejati. Senantiasa memuja tubuhmu. Tak seperti embun di ujung rumput. Bidal asa nan tertandu di kelopak mata. Tertahan di telan prahara. Terlihat wajahmu berona putih. Ranum bercahaya indah. Penaka rasa tak berkesudahan. Hingga diriku berharap. Jiwamu membakar cintaku. Tanganmu menyambut napasku. Tatkala ini warnanya telah berubah. Hingga membuatku terjaga. Dan sadar bila membiarkan emosi. Bagai tak memiliki cermin untuk introspeksi. Senja ini kau kembali bertakhta. Merajut ulang keramaian masa lalu. Bersenda gurau nikmat nan syahdu. Meskipun semuanya tak pernah nyata.

(Pondok Petir, 20 Desember 2018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun