Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Padahal Penderitaan Bukan Sifat Kita

13 Desember 2018   07:52 Diperbarui: 13 Desember 2018   08:50 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna 

Kawakan sensual berbadan masif. Penuh coretan hitam. Terurai panjang menggemaskan. Tergambar jelas dilembar daun kuning nan kering. Terlihat membentang merangsang. Sewajarnya cukup perincian. Bumi indah nan luas bebas.

Warna sudah sangat merah putih. Di balik kepekatannya tersirat jelah. Seruan memekik keberanian suci. Memperlakukan musnah potretmu. Membanggakan segala hati. Melekaskan terus berjuang. Suasana kebebasan tiada henti.

Hujan belum mau jatuh ke tanah. Ketika aku melangkahkan kaki kecil. Meski kabut senja membuat samar mata memandang. Jauh di depan masih ada seberkas sinar. Namun keyakinan masih di serang keraguan kalbu. Terkejut pada mendorong. Dari sebuah permainan emosi.

Pemusatan daya ingat. Karena pemicu memacu ganggu. Bukan rasa nan tumbuh. Terhalang tanggapan penerimaan jiwa. Tertutup lapisan kemauan. Hingga menghasilkan derita. Padahal penderitaan bukan sifat kita.

 (Pondok Petir, 09 Desember 2018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun