Puisi : Edy PriyatnaÂ
Kawakan sensual berbadan masif. Penuh coretan hitam. Terurai panjang menggemaskan. Tergambar jelas dilembar daun kuning nan kering. Terlihat membentang merangsang. Sewajarnya cukup perincian. Bumi indah nan luas bebas.
Warna sudah sangat merah putih. Di balik kepekatannya tersirat jelah. Seruan memekik keberanian suci. Memperlakukan musnah potretmu. Membanggakan segala hati. Melekaskan terus berjuang. Suasana kebebasan tiada henti.
Hujan belum mau jatuh ke tanah. Ketika aku melangkahkan kaki kecil. Meski kabut senja membuat samar mata memandang. Jauh di depan masih ada seberkas sinar. Namun keyakinan masih di serang keraguan kalbu. Terkejut pada mendorong. Dari sebuah permainan emosi.
Pemusatan daya ingat. Karena pemicu memacu ganggu. Bukan rasa nan tumbuh. Terhalang tanggapan penerimaan jiwa. Tertutup lapisan kemauan. Hingga menghasilkan derita. Padahal penderitaan bukan sifat kita.
 (Pondok Petir, 09 Desember 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H