Dengan minggu ini memucat
pintu dan jendela menelanjangi rembulan
purnama diam tak bergerak menanti fajar
udara di semesta sekedip bintang merenung
apakah ini sepi berteduh di tubuhmu
daun-daun berdebu dan berduli resah
waktu nan kau pinta mengendap dihatiku
Hingga kendaraan tak akan lewat lagi
perantara jembatan nan telah usang ini
gelagar tiang tali mengangguk tunduk berkarat
dahulu ada dulu bus-bus selalu lewat
lihat kota ini dengan matamu lebar-lebar
semua orang menjadi malu karena ulahmu
sebentar lagi negara ini akan rusak berantakan
Sewatak pengamalan kesibukan berlayar
selama cerah membentang mega kelabu
seraya kegembiraan ada kesusahan
sambil suka terbesit kesengsaraan
menjadi bulan-bulanan bangsa lain
sekali lagi bukalah mata hatimu
sebelum azab mendatangi dirimu
Sebenarnya air bah menyapu desa-desa
bahkan banyak pencuri-pencuri
tak pernah ingin berhenti mencuri
menjadikan rakyatnya harus bersusah-payah
setiap saat mesti selalu berjuang
berkarya berusaha berupaya belajar
berangkat menggunakan serupa kepergian
(Pondok Petir, 16 April 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H