Hujan DerasÂ
Puisi : Edy Priyatna
Â
Senja ini kau kembali bertakhta merajut ulang keramaian masa laluÂ
bersenda gurau nikmat nan syahdu meskipun semuanya tak pernahÂ
nyata namun aku mampu merasakan hadirmu laksana angin sejukÂ
dalam perjalanan tawa ekspresifmu tanpa suara lentera ruang mimpiÂ
kata keinginanmu selaluterdengar dari kejauhan adalah halamanÂ
Â
Sekarang biarkanlah aku terbang bersama burung-burung malam
kehidupan bagi semangat kutak pernah padam aku berharap pagi iniÂ
saat mentari mulai tiba dapat pergi ke pasar belanja tahu dan tempeÂ
walaupun medannya cukup sulit dan menelan segala energi gairah
selama waktu masih terus berjalan untuk kembali turun pagi hariÂ
Â
Setelah kemudian bait-bait dalam sajak ke kampung halamanku
terhempas pada batu-batu terpecahkan oleh waktu padahal baruÂ
kemarin pendulang kembali pulang setelah desanya dilanda gempaÂ
kumandang suara pujianpun masih sayup terdengar menjadi hiasanÂ
batang pohon berasap wangi-wangian kayu membawa harum
Â
Situasi dingin hari ini sewaktu melewati seperti angin berembus putusÂ
pada ekor terpatuk lawan terbukti ada rasa rindu dalam tembolokÂ
merambat ke paruh membawa dirimu ke mimpi tidurku pada dahagaÂ
sesaat ekormu berada di ujung samudera berputar membawa panasÂ
suhu itu membuyarkan awan hitam tak dapat membentuk hujanÂ
Â
(Pondok Petir, 25 Mei 2016)