Maka Puisi-puisi Itu Mengalir Deras
Puisi : Edy Priyatna
Kemudian kau memberi tiupan basah dan dingin
diam tanpa suara pasti takkan ada suara-suara lain
seperti keinginanmu agar akhir tahun takkan beranjak
duka bukan untuk negeriku
tapi untuk kerut muka dan bau badannya
karena di dalam istana negeriku aroma wangi saling beradu
masing-masing berbeda rasa
berbagai pewangi kerap dipromosi
bau keringat jadi wangi bunga kasturi
Kesempatan mulai mengalun menahan kerinduan bertemu
setiap adegan dialog panjang
sambil menari ikuti irama diatas panggung
takkan ada seorangpun mampu menghapusmu
maka puisi-puisi itu mengalir deras
seperti angin mendesir menusuk hati
dan memadamkan api nan berkobar
pada kedua belah tanganmu
sampai tiba waktunya semua tercipta karena keinginan
Ketika inginku tak bisa seakan tak sanggup meraih jauh
takkan pernah kembali lagi jangan kalian sesali diriku
harapku agar kalian pahami ini
belum menginginkan kalian saat ini
namun jika aku telah membeku
kalian pasti tahu bahwa aku telah tiada
berpalinglah sebentar walaupun jauh
tempatkan aku di ronggamu datanglah dari letak diri
sampaikan isi hatimu aku rindu kebersamaan
(Pondok Petir, 27 Januari 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H