Hingga Akhirnya Menjadi Kenyataan
Puisi : Edy Priyatna (Nomor 2)
Antik sekali rasanya kumencoba mencari suara itu
ia seperti baru saja lenyap tertelan angin malam
berembus menuju samudera lepas
dan hanyut terbawa guruh prahara
hingga tak kesampaian menemuinya
kini, dimanakah kau berada lalu kapankah kau kembali lagi
pada hakikatnya kenapa kita harus berpisah
Tepi laut pantai membiru bagaikan langit nan cerah
air sungai mengalir bening sebening udara di singgasana
doaku abadi sesuai detak jantungku disebelah hati
terutama bertemu ketika kita masih terasa asing
tak ada rasa selain dukaku melangkah di jalan itu
bulat polos tidak terselubung
beraksi lemah masygul sedih seperti gagal
Membatu dalam kekecewaan
membelenggu diri telah bergulat mati-matian
demi sajak kau dibunuh kehampaan dan kebodohan
membuat jiwa bergetar saat sorot mataku tak berkedip menatapmu
serasa ada benda tajam mengalir dalam darah
membersihkan seluruh jantungku
bermakna bayangan matamu bening
Seumpana suatu saat nanti kita bertemu kembali di jalan itu
maka akan kudekap dirimu dan juga jalan itu
kompakkan hati bulatkan tekad langkahkan usaha lihatkan impianmu
agar impian jadi harapan dan harapan jadi cita-cita
hingga akhirnya menjadi kenyataan
lalu kuberi minum bibirku dahaga
kenyang semua gairahku telah menanggung rindu
(Pondok Petir,01 Maret 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H