Puisi : Edy Priyatna
Jangan ada batas dapat kutentukan tiada terdengar suara desing angin resah tatkala udara mulai hampa lampu dirumahpun terlihat temaram musim tanpa harus mengejar dengan berlari tanpa terasa bumi berputar pada porosnya membawa harapan kian jauh angka terus mengangat tak pernah habis satu timbul nan lain sudah berkomplot dalam jaringan melibatkan banyak orang dari kroco hingga majikan
Apalagi pesuruhpun menumpang berbagai cara dihalalkan ancala selalu ramah menjadi murka dalam gelap tangannya berdarah sejuk dan membara nan penting dapat dispensasi dalam menuntut rasa kemanusiaan penuh perjuangan hidup hingga mati setiap bala bantuan datang bagi rakyat kebahagiaan pemimpin tiba masuk ke dalam kalbu nan kebingungan sedia hanya bayangan hitam
Mengganjalku hingga larut mendesak lalu aku masuk keperaduan ingin kututup semua kesempatan kapita melahirkan kecemasan temperamen tanggal menembus mega putih di langit biru dengan bergulir secara tak pasti maju mundur tiada henti sebaliknya sudah jelas terbukti masih juga lakukan usaha untuk kehidupan adalah bangkit kebebasan diri pintar bersilat lidah
(Pondok Petir, 01 Juli 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H