Jakarta itu macet dan banyak penduduknya menghabiskan waktu di jalan. Olehkarena itu saya berusaha menghindari pergi-pergi menyebrang kota di luar pekerjaan. Tapi untuk kompasianival yang hanya setahun sekali, saya rela pergi jauh-jauh ke Gandaria City. Acara tersebut berlangsung dua hari pada tanggal 12 dan 13 Desember 2015. Berhubung ada acara lain, saya baru sempat bergabung pada hari minggu.
Waktu saya dan istri datang, hall utama sudah penuh dengan blogger. Ada juga anak-anak mahasiswa yang memenuhi kursi karena mereka ingin belajar tentang penulisan. Di panggung ada Mbak Jenar Mahesa Ayu sedang berbagi pengalaman dan tips-tips menulis. Ia ditemani seorang penulis cilik yang saya lupa namanya. Umurnya baru awal belasan tahun.
Setelah itu kami juga mengikuti bagian citylink dengan pantun-pantun yang mereka gunakan untuk brand aktivasinya, lucu dan seru, apalagi pas bagi-bagi tiket gratis, semua yang hadir tertarik.
Kami kemudian menuju tenda-tenda komunitas yang ada di luar gedung. Hujan mulai turun rintik-rintik. Tapi orang-orang tidak memedulikannya. Tenda paling ramai adalah stand Bank Indonesia. Setelah kami mendekat, kami melihat orang-orang berkerumun untuk memainkan puzzle mata uang. Jika bisa menyelesaikan potongan gambar tersebut, pemain boleh memilih hadiah. Mulai dari tas sampai koleksi mata uang. Kalau pun tidak selesai, pemain tetap mendapat goody bag atau gelas. Pantesan ramai. Ada banyak hadiah.
Di deretan tersebut ada macam-macam komunitas yang bertemu karena kompasiana. Mulai dari komunitas penulis, komunitas pejalan, sampai kemunitas pehobi makan. Banyak diantaranya komunitas-komunitas baru yang belum saya temui tahun-tahun sebelumnya.
Tujuan utama saya datang salah satunya untuk bertemu para kompasianer (baca: silaturhami). Kami awalnya kenal dari saling komentar di akun kompasiana masing-masing. Meskipun sebagian tinggal di Jakarta, kebanyakan punya kesibukan sendiri-sendiri sehingga susah diajak ketemuan. Tapi kalau ada acara seperti ini, tiba-tiba saja semua berkumpul. Ada paman petani malas, Syam yang tinggal di Prabumulih dan om cech, Babeh Helmi, mb yayat46,mb desy yang tetep koplak, kong ragile yang tetap menyebut saya fikri dan ketemu Mas Srondol yang kameranya mulus.
[caption caption="cuma punya foto satu ini bareng paman petani malas. (cari kampretos buat pinjem poto-poto)"][/caption]
Meski sebentar, tapi itu penting untuk yang lain. Meski tetap, saya merindukan bisa berkumpul bersama teman-teman Canting seperti kompasianival sebelumnya, meramaikan dan memporak-porandakan semuanya. Happy ending tentunya. Kalau dulu bisa menyebut berkah bisa berkumpul di kompasiana, semoga akan tetap begitu dengan bumbu manis pahit ngeblognya. Keep sharing and connecting!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H