Desa Raka dan Desa Kasong terletak di Kecamatan Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kecamatan Ndoso sendiri merupakan salah satu wilayah yang berada di Kabupaten Manggarai Barat, yang terkenal dengan jalan rusaknya.
Kondisi jalan yang menghubungkan Desa Raka dan Desa Kasong saat ini benar-benar memprihatinkan. Beberapa tahun lalu, jalan ini sempat diaspal, tetapi kini kerusakannya semakin parah. Di sejumlah titik, jalan ini bahkan sangat sulit dilalui oleh kendaraan, seperti mobil dan motor sehingga mempersulit mobilitas masyarakat. Para pengguna jalan harus memiliki nyali besar untuk melewati jalur ini setiap hari.
Masalah ini jelas menghambat aktivitas masyarakat, baik untuk bekerja, mengakses layanan pendidikan, maupun kebutuhan lainnya. Sampai kapan dua desa ini harus terus berjuang melewati kondisi ini? Sampai kapan masyarakat bisa keluar dari kesulitan ini untuk menikmati kehidupan yang layak dan sejahtera? Entahlah. Seolah masyarakat hanya bisa pasrah dan menunggu "Tuhan dari langit" turun tangan memperbaiki jalan ini. Namun, yang pasti, masyarakat Desa Raka dan Desa Kasong sangat mengharapkan perhatian serius dan uluran tangan pemerintah.
Sudah beberapa kali kompetisi demokrasi digelar, tetapi janji pemerintah untuk memperbaiki jalan ini hanya menjadi angin lalu—sekadar janji manis saat kampanye. Ironisnya, kondisi jalan rusak ini malah kerap dijadikan senjata politik untuk meraih dukungan. Menjelang pemilu, jalan ini beberapa kali disurvei dengan alasan akan segera diperbaiki. Tetapi, seperti asap di langit, hasil survei tersebut hilang tanpa arah begitu pemilihan usai. Janji tinggal janji, sementara masyarakat tetap bergelut dengan jalan yang semakin buruk, terutama di musim hujan. Genangan lumpur yang memenuhi jalan utama ini menjadi tantangan berat bagi warga yang harus melewatinya setiap hari.
Jalan ini adalah akses utama untuk kedua desa, penghubung vital yang seharusnya menjadi prioritas. Masyarakat Desa Raka dan Desa Kasong tidak meminta lebih—hanya ingin janji pemerintah yang pernah diucapkan benar-benar ditepati. Warga desa hanya ingin hak mereka sebagai masyarakat terpenuhi, yakni akses jalan yang layak untuk menunjang kehidupan yang lebih baik.
Harapan besar tetap ada di hati masyarakat, semoga suara mereka kali ini tidak kembali hilang ditelan waktu.
Pemerintah Setempat: Diam dalam Ketidakpedulian
Yang lebih menyedihkan, pemerintah setempat dari dua desa ini seolah menutup mata terhadap kondisi jalan yang semakin parah. Apakah mereka tidak merasakan kesulitan ketika melewati jalan ini? Ataukah mereka terlalu terbiasa dengan janji-janji kosong yang tak pernah ditepati, sehingga ikut larut dalam ketidakpedulian?
Sebagai pemimpin yang seharusnya dekat dengan rakyat, bukankah mereka juga merasakan dampak dari kerusakan ini? Ataukah mereka memiliki jalan lain yang lebih layak sehingga tidak perlu melewati genangan lumpur dan lubang-lubang besar yang setiap hari menghantui masyarakat?
Ketidakpedulian ini bukan hanya mengecewakan, tetapi juga mengikis kepercayaan masyarakat. Warga dua desa hanya ingin diperhatikan, ingin suara mereka didengar, dan ingin hak dasar mereka sebagai warga negara dipenuhi. Apakah itu terlalu sulit?