Mengejutkan!
Mungkin satu kata ini yg terlintas di benak para pecinta MotoGP di seluruh dunia ketika berita mengabarkan bahwa Valentino Rossi kembali bergabung dgn Yamaha. Setelah 2 tahun yg bagaikan mimpi buruk bersama Ducati, sang maestro balap ini ingin mengumpulkan sisa-sisa kejayaan yg pernah diraih bersama tim Garpu Tala. Mata seluruh orang tentu akan tertuju pada juara bertahan Jorge Lorenzo. Ya, dgn status sbg 2 kali juara dunia MotoGP bersama Yamaha, Lorenzo tentu berbeda dgn 3 tahun lalu saat di kontrak Yamaha untuk "mendampingi" Rossi. Kini Lorenzo telah diakui sbg salah satu rider terbaik di MotoGP, yg tentunya selalu berada dalam urutan atas dalam perbutan gelar juara.
Kita tahu bersama, bahwa 3 tahun lalu ketika era kejayaan The Doctor bersama Yamaha, Lorenzo datang dgn status rookie. Posisinya pun dianggap banyak orang tak lebih sbg rider penopang Rossi dalam meraih gelar juara. Namun Rossi ternyata berpikiran lain. The Doctor menyadari skill mumpuni Lorenzo akan menyulitkannya di area balap. Maka Rossi pun sebenarnya lebih memilih Andrea Dovisioso, yg jauh lebih mudah untuk diasapi di garis finis. Melihat kerisauan Rossi itu, Yamaha dgn cerdik tetap bersikeras menduetkan Rossi dgn Lorenzo. Yamaha mungkin menyadari, dgn duo Yamaha ini, persaingan di trek akan semakin seru dan secara tak langsung kembali meningkatkan nilai kompetisi balap motor ini yg belakangan tergerus oleh dominasi The Doctor. Meski Stoner pun saat itu telah menjadi saingan baru saat menunggangi motor Ducati setelah pindah dari tim satelit LCR Honda. Maka kehadiran Lorenzo amatlah tepat dalam tim Yamaha.
Lorenzo pun tampil baik di awal seri. Dgn 2 podium dan satu kemenangan. Jelas ini merupakan sinyal bahaya bagi Rossi. Jika akhirnya Rossi tetap menjadi juara di tahun 2009, tak lebih dari blunder yg sering dihasilkan Lorenzo dari kenekadannya menggeber M-1 sehingga sering mencium gravel dan mendapat berbagai cedera. Namun secara nyata terlihat bahwa Lorenzo mampu mengimbangi rekan satu timnya yg merupakan pembalap utama Yamaha.
Tahun 2010 merupakan puncak perseteruan Rossi-Lorenzo. Setelah mengultimatum Yamaha agar memilih dia atau Lorenzo, Yamaha pun menentukan sikapnya. Lorenzo tetap dipertahankan sehingga mau tak mau Rossi harus hengkang. Tak bisa dipungkiri bahwa kualitas Lorenzo cukup baik sbg pebalap, ditambah usia masih muda yg dapat menjamin karir Lorenzo. Selanjutnya bisa ditebak adanya friksi tajam itu. Meskipun sbg rekan tim, namun garasi mereka telah disekat, dan tak ada pembagian data atau diskusi sedikitpun antara tim mekanik kedua pebalap. Persaingan di trek pun tak kalah seru. Rossi mulai mendapat tekanan dari Lorenzo sepanjang musim. Secara bersamaan Stoner pun mulai tak bertaji dgn Ducati. Rossi yg panik pun membuat kesalahan fatal saat sesi latihan bebas di Motegi yg membuatnya terjatuh dan mengalami cedera serius. Rossi pun absen beberapa seri dan Lorenzo tak terbendung rider lain untuk meraih gelar juara dunia 2010. Tahun 2011 Rossi pun cabut ke Ducati untuk mewujudkan The Dream Italian Team. Namun apalacur, bukannya menjadi pesaing utama perebutan gelar, Rossi justru terlalu banyak diasapi junior-juniornya. 2 tahun hanya 3 podium, tanpa kemenangan. Itupun disebut tak lebih krn kondisi yg dinilai menguntungkan Rossi. Sebaliknya Lorenzo konsisten meraih podium dan akhirnya menjadi juara dunia 2012. Namun sesungguhnya keberhasilan Lorenzo tak disertai kesuksesan Yamaha. 2 tahun beruntun Yamaha sukses dipecundangi Honda yg sukses menjadi juara pabrikan dan tim. Bagaimana tidak, tahun 2011 Yamaha dikepung 3 rider Repsol Honda (Stoner, Pedrosa, Dovisioso), dan akhirnya Stoner juara di tahun ini. Tahun 2012, duet Stoner-Pedrosa begitu cepat dan sulit ditandingi Lorenzo. Paruh 1 musim, Lorenzo harus berjuang melawan Stoner, dan paruh kedua ketika Stoner sempat absen akibat cedera, gantian Pedrosa yg menjadi rival Lorenzo di lintasan. Yg menyelamatnka Lorenzo hanyalah konsistensi dia dalam meraih podium. Rekan timnya Spies bahkan tak sanggup bersaing di garis depan.
Frustasi di Ducati, akhirnya Rossi kembali ke tunggangan sejatinya M-1. Kondisi pun telah banyak berubah. Kini status Rossi dan Lorenzo terbalik. Orang mungkin menilai Lorenzo sbg pebalap utama dan juara bertahan 2012, dan Rossi tak lebih dari pesakitan yg terluka. Namun sesi latihan bebas awal tahun ini menampilkan suatu kenyataan yg agak membuat banyak pihak menantikan dimulainya MotoGP 2013. Ya, secara nyata Rossi mampu mengimbangi waktu Lorenzo dan Pedrosa. Bahkan sempat menjadi yg tercepat di Jerez. Ini membuktikan bahwa Rossi memiliki feeling baik dgn M-1, dan tak bisa "selingkuh" dgn motor lain. Lorenzo cepat di trek lurus dan sangat stabil di tikungan, namun Rossi terkenal dgn kehandalannya di breaking point dan blocking.
Maka, banyak pihak mengernyitkan dahi atas apa yg telah dilakukan Yamaha kali ini. Membangkitkan duel panas kembali antara Legenda MotoGP dgn rider terbaik saat ini. Namun saya menilai, strategi Yamaha sudah tepat. Persaingan akan membuat kedua pebalap semakin meningkatkan level masing2 dalam usaha meraih juara tiap serinya dan menjadi yg terbaik di akhir musim. Apalagi Honda juga meniru gaya Yamaha dgn menduetkan Pedrosa dgn Marquez yg terbukti sangat cepat. Tentu Yamaha tak mau kembali menjadi bulan-bulanan Honda untuk ketiga kalinya. Di samping itu, Rossi jg memiliki kemampuan dalam meningkatkan performa motor M-1 agar semakin baik. Maka jadilah tahun ini disebut era kedua Yamaha bersama Rossi-Lorenzo sebagai komposisi paling panas suatu tim MotoGP. Dan juga membuat MotoGP kembali menarik untuk ditonton
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H