Mohon tunggu...
Elvan De Porres
Elvan De Porres Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Terlahir di Maumere, Flores, NTT. Sejak kecil, memiliki hobi membaca, menulis, dan bermain futsal. Sekarang belajar di STFK Ledalero, Maumere. Alamat email Elvan_porres@yahoo.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ini Bukan Sekadar Move On, Ini tentang Dream On

17 Juli 2014   01:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:07 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1405556625668982172

[caption id="attachment_348216" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Kurator(Shutterstock)"][/caption]

Istilah move on akhir-akhir ini menjadi sering membahana, meliuk sana-sini dalam kehidupan para remaja. Move on menjadi beken dan tenar sebab dikaitkan dengan kehidupan cinta. Ya, ini tentang kisah cinta. Kisah cinta yang di dalamnya berlumurkan dunia pacaran, putus cinta, kemudian menjadi galau, stres, dan ajakan untuk bangkit dari keterpurukkan itu. Di sinilah kata move on mendapat porsinya. Namun, berbicara mengenai move on, istilah padan yang biasanya terletup sebelumnya ialah galau. Galau dulu baru move on. Move on itu terbit untuk menenggelamkan galau. Kekhasan ini sangat kental dan nyata dalam kehidupan berpacaran. Biasanya dalam pacaran, ketika seseorang merasa sakit hati akibat ulah pasangannya, ia lalu menjadi murung, sedih, suasana hati tak keruan. Itulah galau. Kemudian, datanglah ujaran move on sebagai cemeti motivasi untuk kembali bersemangat, terlepas dari kesedihan, keluar dari sangkar sakit hati. Move on menjadi suatu ajakan asa, pembangkit harapan baru untuk tidak lagi larut dalam galau itu. Initinya adalah move on ini biasa digunakan dalam kehidupan anak muda, terkhusus pada alur pacaran yang dijalaninya.

Patah hati itu hal biasa. Sangat biasa. Pengalaman galau merupakan badai yang harus dilalui dan tak bisa dielakkan. Pacaran itu bagai suatu pengarungan atas sebuah taman indah yang di dalamnya menyuguhkan eloknya warna-warni bunga, harum kuntumnya yang membuai, memberikan eenergi dan fantasi luar biasa, tetapi di samping itu, ada pula duri dan getah yang siap sedia untuk mencederai. Ada sengatan lebah yang membuat air mata harus tercucur. Pengalaman sakit hati ketika kesetiaan tak lagi dihargai, ketika ketulusan harus dinodai, ketika cinta kasih berubah menjadi benci amarah. Pada titik ini, timbullah suatu kejatuhan yang dinamakan kekelaman cinta. Cinta yang kelam itu muram, lebam, melempem. Tak ada lagi harapan untuk bangkit, bangun berdiri dan menatap hidup secara lebih positif. Kungkungan galau menyebabkan tak adanya gairah untuk menjalani hidup ini. Ini seolah-olah api semangat itu hanya akan ada apabila kehidupan cinta berjalan dengan baik. Ini seakan-akan tidak ada lagi daya penopang hidup yang muncul dari aspek kehidupan lainnya. Relasi dengan pacar tumbang, kehidupan turut tenggelam. Ini salah dan mesti diperbaharui.

Sudah dikatakan bahwa habis galau, terbitlah move on. Move on sebagai kata asing mendapatkan porsi yang cukup tampan dalam perbendaharaan kata anak muda Indonesia, terkhususnya dalam konteks ini. Move on merujuk pada berubah, bergerak dari posisi sebelumnya, memutar haluan menuju posisi dan disposisi diri yang baru. Terdapat suatu ajakan, seruan untuk berbenah diri. Move on membicarakan semangat baru, asa baru, dobrakan baru dalam setiap pemaknaan alur hidup ini. Move on adalah kebangkitan. Masalah dilihat sebagai bagian hidup yang mesti dilewati dan sekaligus menjadi motivasi untuk lebih baik lagi.

Fokus kali ini adalah pembicaraan relasi pacaran bagi kita yang telah memasuki usia 20-an. Usia 20-an seringkali dilihat sebagai masa dewasa awal. Pada usia ini, seorang anak manusia rata-rata telah memasuki dunia perguruan tinggi atau bahkan ada yang telah mengarungi lahan kerja. Di sinilah pematangan itu terbentuk. Artinya, pacaran pada fase usia seperti ini harus sudah berbicara tentang keseriusan. Hubungan percintaan bukan lagi hal yang main-main. Di sinilah, visi dan misi akan masa depan mulai terbina secara perlahan-lahan. Harus ada deskripsi tentang model kehidupan masa depan yang diidamkan. Dengan demikian, pembicaraan tentang pacaran pun merujuk pada keseriusan, kesungguhan untuk bertengger pada bahtera hidup bersama.

Galau, lalu diiringi dengan move on merupakan peristiwa alamiah yang patut dilewati pada tataran usia 20-an. Namun, lebih daripada itu, kita tidak hanya sekedar move on saja. Harus ada cemeti yang lebih motivatif daripada move on. Ini berarti kita harus dream on. Ya, kita mesti bermimpi. Mimpi itu tentang masa depan, tentang kehidupan kita selanjutnya. Hidup adalah suatu pergulatan dinamis. Oleh karena itu, bermimpilah utnuk memiliki pasangan hidup yang tepat. Main-main gila dalam pacaran bukan lagi zamannya. Sekarang adalah momen yang tampan untuk mencari pasangan hidup yang menuju pada pelaminan. Kegalauan hati bisa disangkal dengan upaya bergerak maju, merenung diri, intropeksi diri, refleksi sejenak, dan menemukan sosok yang tepat yang bisa diajak serius. Hidup adalah pendewasaan. Terkadang, ada orang yang meskipun usianya sudah semakin dewasa, tetapi tingkah laku pacarannya sangatlah kanak-kanak. Mereka itu memiliki kedangkalan motivasi, hidup tanpa mimpi. Sungguh berbahaya kalau sikap seperti ini tidak segera dieliminasi.

Tentunya, ada beragam cara untuk move on sehingga kegalauan itu bisa dipangkas. Apabila sudah move on, pemikiran sekarang adalah mesti dream on. Dream on ini bagaikan sebuah harga mati, daya maksimal untuk menatap masa depan. Lalu, pertanyaan pentingnya ialah bagaimana unutk dream on itu ? Kita berbicara tentang mimpi. Mimpi konteks ini bukanlah sesuatu yang berada di awang-awang, melainkan cita-cita yang dibarengi pencapaian realistis. Hal pertama yang mesti dipreparasi ialah kondisi hati, disposisisi batin yang pagan. Hati kita harus siap dan sadar bahwa kita sudah berusia dewasa dan bertingkah laku pun menunjukan kedewasaan itu. Suasana hati mesti mengatakan Yes untuk menemukan calon istri/suami. Momen ini adalah momen untuk mulai serius di samping memikirkan karir dan penatann hidup ke depan. Berpikirlah tentang orang-orang yang akan menemani kita pada masa depan. Fokus pada keseriusan, bukan lagi pada prinsip-prinsip ABG oplosan. Oprah Winfrey bilang begini, "Hanya bila Anda menjadikan proses sebagai tujuan, barulah mimpi besar itu bisa hadir." Proses itu akan terjawab apabila ada keberanian untuk memutar haluan. Dari yang galau karena patah hati ingusan, hingga pada move on pembangkit gairah hidup, dan kini dream on, tatapan pasti akan pasangan yang tepat. Ini bukan lagi soal cinta monyet, tapi bagaimana mendapatkan monyet beneran.

Hal selanjutnya yang mesti diperhatikan adalah menemukan pacar yang juga mampu berbicara tentang sinyal-sinyal keseriusan masa depan. Pacar ini bukanlah pelampiasan dari kegalauan hati sebelumnya. Tentunya, pemilihan pacar itu merupakan kehendak bebas dari dalam diri tanpa adanya intervensi tertentu ataupun dorongan batin yang tak menentu. Kita memilih pasangan tersebut harus dengan senyum bahagia bahwa Tuhan telah menyediakan makhluknya yang tepat buat kita. Setiap kesempatan untuk memberikan kasih dan mendapatkan kasih mesti dipergunakan sebaik mungkin. Perjumpaan dengan orang yang tepat itu langka dan justru itulah letak keberhargaannya. Oleh karena itu, nikmatilah, kenalilah calon pasangan masa depan kita, dan ambillah keputusan yang tepat. Bermimpilah bahwa dia akan hidup bahagia bersama kita. Satu pola pikir mesti terbentuk bahwa segala pengalaman yang telah kita lalui menuntun kita menuju muara pendewasaan diri. Kita bukan lagi masih pada kuncup pubertas tetapi sudah dipersiapkan untuk menjalin hubungan yang serius. Kadang, orang yang dewasa dalam usia, belum tentu juga dewasa dalam sikap. Tua kan belum tentu dewasa.

Usia 20-an sudah merupakan modal kematangan bagi kita untuk menjalin relasi yang intim. Dream on bukanlah sebuah ujaran yang titik fokusnya pada mimpi doang, melainkan maknanya lebih komprehensif daripada itu. Dream on itu realisasi mimpi, mimpi yang membumi. Menikmati masa-masa perkuliahan atau ruang kerja dalam titian karir sambil menaruh keseriusan pada hubungan percintaan merupakan hal yang sangat indah. Inilah namanya pemaknaan atas hidup. Pada akhirnya, jangan takut untuk galau, berusahalah untukmove on, dan beranilah untuk dream on. Sekali lagi, ini bukan sekadar move on.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun