Mohon tunggu...
En Pamulatsih
En Pamulatsih Mohon Tunggu... lainnya -

Sedang belajar mengamati helai-helai lapis alam kesemestaan, isu lingkungan dan sebagainya melalui tulis-menulis, menggambar, mendesain, dan komik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara Green Design, Eco-Design, dan Ecoefficiency Design [Bagian 2]

11 Februari 2014   06:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:57 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

. . .

Gelombang kedua perjalanan ke sustainability terjadi pada 1980-an dan menuju era 1990-an. Gelombang krisis lingkungan yang terjadi menghasilkan kebijakan memperluas undang-undang lingkungan dan keselamatan yang mulai diperkenalkan. Masyarakat menjadi lebih sadar lingkungan dan desainer telah mulai memproduksi produk green "environmentally friendly". Buku “The Green Consumen Guide” yang diterbitkan pada tahun 1988 terbukti menjadi sumber yang berguna bagi konsumen yang peduli. Sejauh ini istilah green design dan eco-design telah ada dan berdampingan satu sama lain, green design berakar pada politik hijau, tetapi sebagai istilah, green design menjadi usang dan digantikan oleh eco-design. Green design menggambarkan proses individu berurusan dengan dampak lingkungan, eco-design berurusan dengan dampak lingkungan atas produk seluruh umur dari konsep sampai habis masa pakai.

Gelombang ketiga itu dipicu oleh laporan publikasi Brundtland, pada tahun 1987, masa depan secara umum akan dipengaruhi oleh Komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan, yang memperkenalkan istilah "sustainable development", "pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri." Istilah itu jauh lebih luas dari yang sebelumnya digunakan, memperkenalkan perspektif global untuk konsumsi energi dan sumber daya.

Transisi dari green design menjadi eco-design dan selanjutnya menjadi sustainable design dapat dilihat sebagai salah satu dari "perluasan ruang lingkup dalam teori dan praktek," sebagai desainer menyadari isu lingkungan dan bagaimana menanganinya. Hal ini tercermin dalam kesepakatan yang dihasilkan dalam Protokol Kyoto, pada tahun 1997 diperkenalkan sebuah dokumen dengan tujuan pengaturan untuk pengurangan emisi gas rumah kaca.

Bersambung pada postingan selanjutnya…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun